Pengertian, Unsur dan Jenis-jenis Feature

Feature adalah karangan lengkap non fiksi yang dipaparkan secara hidup sebagai pengungkapan daya kreativitas dan daya pikat manusiawi (human interest) untuk mencapai tujuan memberi tahu, menghibur, mendidik, dan meyakinkan pembaca. Sampai saat ini para ahli jurnalistik belum ada kesepakatan mengenai batasan feature. Masing-masing ahli memberikan rumusannya sendiri tentang feature. Jadi, tidak ada rumusan tunggal tentang pengertian feature.

Yang jelas, feature adalah sebuah tulisan jurnalistik juga, namun tidak selalu harus mengikuti rumus klasik 5W + 1 H dan bisa dibedakan dengan news, artikel (opini), kolom, dan analisis berita. Feature hakekatnya adalah tulisan gaya persuasif dengan usaha mengambil simpati dan menggesek emosi pembaca atas sebuah kasus yang tersaji dalam pemberitaan.

Teknik Menulis Feature

Apa itu Feature?


Inilah batasan klasik mengenai feature: “ Cerita feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan.”

Karya feature tetap tulisan fakta meski banyak dibumbuhi berbagai kreasi bahasa dan deskripsi obyek yang utuh.

Bagi pandangan awal, feature diletakkan dan difungsikan hanya sebagai ‘gaya tutur’ saja. Argumen ini disandarkan pada persoalan betapa gersang dan keringnya tulisan-tulisan berita yang ada. Hampir bisa dipastikan setiap wartawan dalam mengurai (rekonstruksi) fakta untuk menjadi sebuah tulisan berita begitu kakunya, alias tidak luwes.

Ini wajar, sebab dalam menulis berita akan dihadapkan pada sekian banyak kaidah jurnalistik yang sudah dibakukan. Al hasil, wartawan setiap kali melakukan aktivitas penulisan senantiasa terbebani oleh perangkat dan tata kaidah yang ada. Hal inilah yang acap kali membuat tulisan-tulisan berita itu terkesan kaku dan terlalu formal, tidak enak dibaca dan tidak sedap dipandang.

Dalam konteks ini, feature kemudian dihadirkan untuk memoles tulisan yang kaku tersebut, atau dengan kata lain adalah untuk ‘ndandani tulisan’. Layaknya wajah manusia. Ia sah dan memenuhi syarat disebut wajah manakala ada mata, hidung, alis, kening dll. Meski sudah bisa disebut sebagai wajah, namun itu dirasa belum cukup ketika dipandang orang lain.

Maka usaha berikutnya adalah merias wajah itu sebagus mungkin agar terlihat cantik, anggun dan sedap dipandang. Begitu pun dengan tulisan, untuk bisa dikata sebagai berita, maka cukup dengan kelengkapan unsur berita, alur yang jelas dll. Namun sekali lagi itu tidaklah cukup. Ini mengingat bahwa tulisan berita tidak selalu dan hanya dinikmati penulisnya/wartawannya saja, namun khalayak pembacalah yang berhadap-hadapan secara langsung dengan teks berita tersebut.

Atas pertimbangan inilah, maka tulisan berita hendaknya tidak kaku. Ia harus sedemikian luwes dan sedap sehingga enak dibaca. Jika wajah butuh bedak dan gincu, maka tulisan berita butuh perangkat poles yang disebut feature.

Sedangkan bagi pandangan ke dua, feature juga lazim disebut ‘berita kisah’ atau cerita pendek non-fiksi. Dikatakan non-fiksi karena tetap berdasarkan pada fakta. Feature juga sering disebut sebagai berita ringan (soft news) karena gaya penulisannya indah memikat, naratif, prosais, imajinatif, dan bahasanya lugas.

Biasanya feature ini mengungkapkan suatu peristiwa (realita sosial) yang seringkali luput dan tidak terlalu menjadi perhatian publik dan isinya lebih menekankan pada sisi human interest (menarik minat dan perasaan khalayak pembaca). Model features dalam penulisan berita tidak terikat aktualitas.

Di wilayah ini, feature juga memberikan peluang bagi seorang wartawan untuk bisa melibatkan perjalanan atau pengalamannya yang dianggap penting (penting untuk publik) selama melakukan peliputan di lapangan. Ingat! Jika di Straigh News atau Depth News, seorang wartawan sama sekali tidak diberi kesempatan untuk memasukkan pengalamannya sewaktu di lapangan masuk dalam jalan tulisan beritanya. Hal ini wajar, sebab berita harus tetap setia menjaga ruang obyektifitasnya, maka apapun kejadian yang dialaminya –meski penting—tidak boleh disampaikan dalam beritanya. Sekali saja wartawan tidak teguh memegang tali obyektifitas ini, maka produknya akan dinilai subyektif.

Tapi jangan disalahpahamkan. Pengalaman di sini adalah pengalaman yang menarik dan menyangkut persoalan publik, jadi bukan semata-mata pengalaman yang menjadi ruang privasinya. Sebab demikian, dalam penulisan feature diperbolehkan menggunakan bahasa subyektif, seperti: Aku, saya, kami dll.

Namun dalam menulis dengan model feature dibutuhkan kepekaan dan ketajaman menangkap fenomena dalam realitas sosial melalui pengamatan dan wawancara yang mendalam, serta riset dokumentasi yang cermat. Karena tradisi ini relatif baru, kita perlu terlebihdahulu memahami apa unsur-unsur dan aspek mendasar dari features.


Ciri-ciri Feature


Dari sejumlah pengertian feature yang ada, dapat ditemukan beberapa ciri khas tulisan feature, antara lain:

1. Mengandung segi human interest
Tulisan feature memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi—menghibur, memunculkan empati dan keharuan. Dengan kata lain, sebuah feature juga harus mengandung segi human interest atau human touch—menyentuh rasa manusiawi. Karenanya, feature termasuk kategori soft news (berita ringan) yang pemahamannya lebih menggunakan emosi. Berbeda dengan hard news (berita keras), yang isinya mengacu kepada dan pemahamannya lebih banyak menggunakan pemikiran.

2. Mengandung unsur sastra
Satu hal penting dalam sebuah feature adalah ia harus mengandung unsur sastra. Feature ditulis dengan cara atau gaya menulis fiksi. Karenanya, tulisan feature mirip dengan sebuah cerpen atau novel—bacaan ringan dan menyenangkan—namun tetap informatif dan faktual. Karenanya pula, seorang penulis feature pada prinsipnya adalah seorang yang sedang bercerita. Jadi, feature adalah jenis berita yang sifatnya ringan dan menghibur. Ia menjadi bagian dari pemenuhan fungsi menghibur (entertainment) sebuah surat kabar.

UNSUR-UNSUR PENULISAN FEATURE

Unsur penulisan feature ada 5 yaitu:


Kreatifitas 
Berbeda dari penulisan berita biasa, penulisan feature memungkinkan reporter “menciptakan” sebuah cerita. Tetapi tetap pada kisah nyata. Meskipun tetap diikat etika bahwa tulisan harus akurat –karangan fiktif dan khayalan tidak boleh—reporter bisa mencari feature dalam fikirannya atau imajinasinya, kemudian setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu, ia menulis. Di sinilah kreatifitas penulis benar-benar diuji. Namun penulis harus tetap membedakan mana feature dan mana cerita dusta (fiksi).

Subyektifitas
Beberapa feature ditulis dalam bentuk “aku”, sehingga memungkinkan reporter memasukkan emosi dan pikirannya sendiri. Meskipun banyak reporter, yang dididik dalam reporting obyektif, hanya memakai teknik ini bila tidak ada pilihan lain. Hasilnya enak dibaca.

Tapi, reporter muda harus awas terhadap cara seperti itu. Kesalahan umum pada reporter baru adalah kecenderungan untuk menonjolkan diri sendiri lewat penulisan dengan gaya ‘aku’. Kebanyakan wartawan kawakan memakai pedoman begini: “Kalau Anda bukan tokoh utama, jangan sebut-seut Anda dalam tulisan Anda.”


Informatif
Feature, yang kurang nilai beritanya, bisa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam penulisan berita biasa di koran. Misalnya tentang sebuah Museum atau Kebun Binatang yang terancap tutup, bayi kembar siam atau penculikan bayi. Aspek informatif mengenai penulisan feature bisa juga dalan bentuk-bentuk lain. ada banyak feature yang enteng-enteng saja, tapi bila ada di tangan penulis yang baik, feature bisa menjadi alat yang ampuh. Feature bisa menggelitik hati sanubari manusia untuk menciptakan perubahan konstruktif.


Menghibur
Dalam 20 tahun terakhir ini, feature menjadi alat penting bagi surat kabar untuk bersaing dengan media elektronika. Lihat saja sejumlah media lokal di jawa timur, seperti jawa Pos, surya, Surabaya News dan media lainnya seperti Duta Masyarakat dan Bangsa. Setiap hari para redaktur menurunkan tulisan feature.

Reporter surat kabar mengakui bahwa mereka tidak akan bisa “mengalahkan” wartawan radio dan televisi untuk lebih dulu sampai ke masyarakat. Wartawan radio dan TV bisa mengudarakan cerita besar hanya dalam beberapa menit setelah mereka tahu. Sementara itu wartawan koran sadar, bahwa baru beberapa jam setelah kejadian, pembacanya baru bisa tahu suatu kejadian –setelah koran diantar.

Wartawan harian, apalagi majalah, bisa mengalahkan saingannya, radio dan TV, dengan cerita eksklusif. Tetapi ia juga bisa membuat versi yang lebih mendalam (indepth) mengenai cerita yang didengar pembacanya dari radio.

Dengan patokan seperti ini dalam benaknya, reporter selalu mencari feature, terhadap berita-berita yang paling hangat. Cerita feature biasanya eksklusif, sehingga tidak ada kemungkinan dikalahkan oleh radio dan TV atau koran lain.

Feature memberikan variasi terhadap berita-berita rutin seperti pembuhnuhan, skandal, bencana dan pertentangan yang selalu menghiasi kolom-kolom berita. Feature bisa membuat pembaca tertawa tertahan, sedih, menangis dan marah.

Seorang reporter bisa menulis “cerita berwarna-warni” untuk menangkap perasaan dan suasana dari sebuah peristiwa. Dalam setiap kasus, sasaran utama adalah bagaimana menghibur pembaca dan memberikannya hal-hal yang baru dan segar.


Awet
Menurut seorang wartawan kawakan, koran kemarin hanya baik untuk bungkus kacang. Unsur berita yang semuanya penting luluh dalam waktu 24 jam. Berita mudah sekali “punah”, tapi feature bisa disimpan berhari, berminggu, atau berbulan-bulan. Koran-koran kecil sering membuat simpanan “naskah berlebih” –kebanyakan feature. Feature ini diset dan disimpan di ruan tata muka, karena editor tahu bahwa nilai cerita itu tidak akan musnah dimakan waktu.

Dalam kacamata reporter, feature seperti itu mempunyai keuntungan lain. tekanan deadline jarang, sehingga ia bisa punya waktu cukup untuk mengadakan riset secara cermat dan menulisnya kembali sampai mempunyai mutu yang tertinggi.

Sebuah feature yang mendalam memerlukan waktu cukup. Profil seorang kepala polisi mungkin baru diperoleh setelah wawancara dengan kawan-kawan sekerjanya, keluarga, musuh-musuhnya dan kepala polisi itu sendiri. Diperlukan waktu untuk mengamati tabiat, reaksi terhadap keadaan tertentu perwira itu.

Singkat kata, berbeda dengan berita, tulisan feature memberikan penekanan yang lebih besar pada fakta-fakta yang penting –fakta-fakta yang mungkin merangsang emosi (menghibur, memunculkan empati, disamping tetap tidak meninggalkan unsur informatifnya). Karena penekanan itu, tulisan feature sering disebut kisah human interest atau kisah yang berwarna (colourful).


Teknik Menulis Feature


Jika dalam penulisan berita yang diutamakan ialah pengaturan fakta-fakta, maka dalam penulisan feature kita dapat memakai teknik “mengisahkan sebuah cerita”. Memang itulah kunci perbedaan antara berita “keras” (straight/spot news) dan feature. Penulis feature pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah.

Penulis melukis gambar dengan kata-kata: ia menghidupkan imajinasi pembaca: ia menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama.

Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang mengurangi kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos aturan itu.

“Piramida Terbalik” (susunan tulisan yang meletakkan informasi-informasi pokok di bagian atas, dan informasi yang tidak begitu penting di bagian bawah—hingga mudah untuk dibuang bila tulisan itu perlu diperpendek) sering ditinggalkan. Terutama bila urutan peristiwa sudah dengan sendirinya membentu cerita yang baik.


Jenis-jenis Feature


Feature Kepribadian (profil)

Profil mengungkapkan manusia yang menarik. Misalnya, tentang seseorang yang secara dramatik, melalui berbagai liku-liku, kemudian mencapai karir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal karena kepribadian dia yang penuh warna. Agar efektif, profil seperti ini harus lebih dari sekadar daftar pencapaian dan tanggal-tanggal penting dari kehidupan si individu. Profile harus bisa mengungkapkan karakter manusia itu.

Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, penulis feature tentang pribadi seperti ini seringkali harus mengamati subyek dia ketika kerja; mengunjungi rumah mereka dan mewawancarai teman-teman, kerabat dan kawan bisnisnya. Profil yang komplit sebaiknya disertai kutipan-kutipan si subyek yang bisa menggambarkan dengan pas karakternya. Profil yang baik juga semestinya semestinya bisa memberikan kesan kepada pembacanya bahwa mereka telah bertemu dan berbicara dengan sang tokoh.

Banyak sumber yang diwawancara mungkin secara terbuka berani mengejutkan Anda dengan mengungkap rahasia pribadi atau anekdot tentang si subyek. Tapi, banyak sumber lebih suka meminta agar identitasnya dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting untuk memberikan balance dalam penggambaran si tokoh.


Feature Sejarah (Historical features)

Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari peristiwa penting, seperti proklamasi kemerdekaan, pemboman Hiroshima atau pembunuhan jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature peringatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh. Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiwa mutakhir yang membangkitkan minat dalam topik mereka. Jika musibah gunung api terjadi, koran sering memuat peristiwa serupa di masa lalu.

Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung) terkenal, pionir, filosof, fasilitas hiburan dan medis, perubahan dalam komposisi rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama dan kemakmuran. Setiap kota atau sekolah memiliki peristiwa menarik dalam sejarahnya. Seorang penulis feature yang bagus akan mengkaji lebih tentang peristiwa-peristiwa itu, mungkin dengan dokumen historis atau dengan mewawancara orang-orang yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa sejarah.


Feature Petualangan (Adventures features)

Feature petualangan melukiskan pengalaman-pengalaman istimewa dan mencengangkan –mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia, pengalaman ikut dalam peperangan. Dalam feature jenis ini, kutipan dan deskripsi sangat penting. Setelah bencana, misalnya, penulis feature sering menggunakan saksi hidup untuk merekonstruksikan peristiwa itu sendiri. Banyak penulis feature jenis ini memulai tulisannya dengan aksi –momen yang paling menarik dan dramatis.


Trend features

Mengungkapkan kisah tentang kehidupan sekelompok anak manusia ataupun perubahan gaya hidupnya dalam proses transformasi sosial.


Feature Musiman (Seasional features) 

Reporter seringkali ditugasi untuk menulis feature tentang musim dan liburan, tentang hari raya, natal dan musim kemarau. Kisah seperti itu sangat sulit ditulis. Agar tetap menarik, reporter harus menemukan angle atau sudut pandang yang segar. Contoh yang bisa dipakai adalah bagaimana seorang penulis menyamar menjadi Sinterklas di hari natal untuk merekam respon atau tingkah laku anak-anak di seputar hari raya itu.


Feature Interpretatif

Feature dari jenis ini mencoba memberitakan deskripsi dan penjelasan lebih detail terhadap topik-topik yang telah diberitakan. Feature interpretatif bisa menyajikan sebuah organisasi, aktifitas, trend atau gagasan tertentu. Misalnya, setelah kisah berita menggambarkan aksi terorisme, feature interpretatif mungkin mengkaji identitas, taktik dan tujuan terorisme.


Feature Kiat (How-to-do-it features)

Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun, mereparasi mobil atau mempereart tali perkawinan. Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lainnya dan biasanya lebih sulit dalam penulisannya. Reporter yang belum berpengalamn akan cenderung menceramahi atau mendikte pembaca –memberikan opini mereka sendiri—bukannya mewawancara sumber ahli.mengisahkan sesuatu yang terjadi dibalik peristiwa atau penjelasan mengapa hal itu terjadi, misalkan tentang pemogokan buruh, mengapa pemogokan itu terjadi, sebab apa yang melatarbelakangi pemogokan.


Human Interest features

Menceritakan tentang kisah hidup anak manusia yang menyentuh perasaan, seperti seorang mahasiswa yang terus kuliah dengan mengandalkan hasil keringatnya sendiri. Penulisan ini ditekankan pada tingkah laku hidupnya bukan personnya.


Karakteristik features

  • Teras berita (lead) bebas asal tetap menarik.
  • Strukturnya bebas tapi tetap ringkas dan terus menarik.
  • Bagian akhir tulisan dapat meninggalkan kesan pada pembaca, artinya dapat membuat pembaca tersenyum, tertawa, berdecap. Bagian akhir yang demikian dinamakan punch.
  • lenggang cerita terkesan santai.
  • Deskripsi bervariasi, mengemukakan detail-detail yang menyentuh atau membangkitkan emosi.

Baca Juga

Demikian Artikel mengenai Teknik Menulis Feature. Semoga Bermanfaat

Sumber referensi: 
  • Tulisan Moh. Kodim, mantan Pemimpin Redaksi dan Editor LPM Edukasi Fak Tarbiyah IAIN Surabaya.
  • Buku Jurnalistik Praktis karangan M. Vhyfa
  • Asep Syamsul M. Romli

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Terima Kasih postingnya, sangat membantu :)

Unknown mengatakan...

Terima Kasih postingnya, sangat membantu :)

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.