Kumpulan Puisi Tentang Kemerdekaan

Komunitas Penulis - Salam, menyambut kemerdekaan Republik Indonesia, kami anggota Komunitas Penulis Fiksi Sastra Rumpun Nektar mencoba berkarya puisi tentang Kemerdekaan. Puisi Kemerdekaan ini kami persembahkan untuk Indonesia, Dirgahayu RI ke 69. HUT RI yang menjadi pelopor semangat perjuangan. Puisi kemerdekaan yang kami persembahkan untuk Indonesia tercinta.

Kami membuat puisi kemerdekaan ini dari sudut pandang masing-masing kamu, sehingga ada yang membawakan dengan motivasi semangat juang, ada yang memaparkan keadaan indonesia yangs aat ini masih rebutan kursi pemerintahan, ada pula yang memaparkan sudut pandang realitas kaum kecil yang mengartikan makna kemerdekaan.

Berikut ini kumpulan puisi tentang kemerdekaan dari kami Nektarity

Kumpulan Puisi Tentang Kemerdekaan



Hemmm!
Oleh: Anung D’Lizta

Dalam hening aku mematung
Tepatnya bukan mengheningkan cipta
Entahlah aku sedang apa?
Berdiri di keramaian otak yang saling menyerang

Lingaklinguk kanan kiri
Adakah semua itu pencitraan atau sensasi dari bangsaku
Persisnya kepada orangorang itu
Kian muak dan akh … tak mau peduli
Tapi! Aku dipaksa mengikuti

Hemmm….
Desisku di kala senja ini
Menyawang langit mendung sedari pagi tadi
Mentari enggan menari
Tak apalah kini mumpung suasana sudah sepi
Aku teriakan!
Duhai bangsaku!
Tanah airku Indonesia
Salam dirgahayu ke-69

Hemmm …
Mari kita lanjut menyanyikan lagu
Nostalgia dibangku merah putih
Masih jelas lantang terlafaz oleh bibir pengembara kata
Tepatnya 17 Agustus 1945
; syukurlah bila masih ada yang berseru
“Kita tetap setia tetap setia …”
Semoga kesetian masih tertata rapi dalam hati sanubari
;anak bangsa


Biodata Penulis: Anung D’Lizta. Kelahiran Cilacap 6 Juni 1986. Suka kucing, mendung dan kesendirian. Aksara adalah teman keseharian yang tak pernah pudar. Salam perubahan untuk kebaikan

***

Merdeka Tak Sekadar Nama
Oleh: Nining Amalia

Namun, apa kabar merdekaku?
Apakah kedaulatan masih dalam genggamanmu?
Harapku tak hanya tinggal nama
Inginku tak hanya sekedar perayaan

Perang fisik berlalu menyisahkan kemerdekaan kita
Menghadapinya bukan main semangat juangnya
Tak mungkin diraih jika mereka…
Tak mencintai bangsa tempat pijakan

Kini perang pemikiran tengah menjajah
Masihkan merdeka bisa kita raih?
Ah, tak mungkin rasanya jika kalian…
Para penerus bangsa terbawa arus begitu saja

Beranjaklah pergi dari pemikiran pragmatis
Berlalulah dari gaya hidup hedonis
Berontaklah dengan sikap individualis
Singkirkan kerikil penghalang kemerdekaan utuh bangsa

Tenang saja negara pijakanku, Indonesia
Cinta akan memerdekakanmu kembali, utuh
Tak ada lagi merdeka sekedar nama
Kami siap memerdekakanmu dari segala bentuk penjajahan

Makassar, 06 Agustus 2014

Biodata Penulis: Nining Amalia, lahir di Watansoppeng 05 Desember 1993 dan menetap di Makassar. Seorang mahasiswi, hobbi menulis. Menulis adalah perpanjangan sayap dakwahku.


***

MERAH PUTIHKU
Oleh: Manshuri Yusuf 
  
Masih terhitung dalam rekam jiwa
Atas semangat empat lima
Menyejarah nusantara
Mengukirkan tinta emas pada negeri cincin api

Kutatap lambaian lunglaimu
Bersimbah darah
Perlahan, para begundal khianat
Mencabut kilatan pedang, melumat

Apakah kau telah lelah berkibar?
Setelah nikmati euforia orde lama
Terlena dalam orde baru,
hingga tertatih dalam reformasi

Ahh, merah putihku
Berbaringlah barang sejenak mata
Lepaskanlah jubah lelahmu
Nusantara telah menanti lambaian teduhmu

Kandangan, 8 Agustus 2014

Biodata Penulis: Manshuri Yusuf, begitulah nama pena pria kelahiran 1 September 1996 ini. Penulis saat ini masih berstatus sebagai siswa SMK di sebuah kota kecil di Kalimantan Selatan. Penulis dapat dijumpai via sosial media Facebok Manshuri Yusuf, dan juga bisa lewat e-mail manshuri.yusuf@gmail.com


***


MERDEKA
Oleh: Zilian Zahra Arjawani 

 Hei Pahlawan!
Ngeri kubayangkan peluru menembus dadamu
Namun kau hanya mampu melawan dengan bambu runcing
Memandang bangunan Belanda
Bisa jadi ada keringatmu yang mengucur
Hingga lapar dan haus gerogoti ragamu
Atau mungkin, ragamu terkubur bersama bangunan ini
Tanpa ada yang peduli

Takkan mampu aku hidup di jamanmu
Melihat berita Palestina saja jantungku hampir lepas
Aku tak pernah diajarkan perang
Pun tak diajarkan permusuhan
Karna ku hidup di jaman merdeka

Hei Pahlawan!
Aku yakin merdeka sangat berarti untukmu
Jerih payahmu terbayar
Dan aku ikut menikmati jua
Hasil perjuanganmu
Pun turut kurayakan kemerdekaan ini

Kenangmu cerita masa lalu
Airmata dan tawa silih berganti
Untuk kebebasan jiwa raga
Kau tinggalkan anak istri
Kau ajak sanak saudara
Berjuang bersama dan berteriak
Merdeka!

Biodata Penulis: Zilian Zahra, perempuan yang bernama asli Nailiz Zahroh tinggal dan besar di Kota Pekalongan. Gemar menulis untuk koleksi pribadi. Namun sekarang kadang dipublikasikan di facebook atau blog. Bisa dihubungi lewat htttp://fb.com/zilianzahra atau di twitter @zilianzahra dan bisa juga dilihat blognya zilianzahra.blogspot.com



***

Tulisan Kemerdekaan
Oleh: Guava Anis

Untuk negeriku indonesia
aku hanya mendengar dari para sesepuh
aku hanya mendengar dari cerita orang-orang
dan aku hanya membaca dari buku-buku sejarah

Bambu runcing selalu menjadi saksi perjuangan tanah air
tanpa takut, terus berjuang
bunga-bunga yang gugur selalu mewangi
harum tak lekang oleh teriknya mentari
selalu melekat dijiwa pemuda pemudi hingga kini

Semenjak hari kemenangan itu
bendera pusaka selalu berkibar di tengah cakrawala
diiringi lantunan indonesia raya
beserta harapan-harapan bangsa
harus tetap teguh dalam hati
persatuan Indonesia, kemerdekaan Indonesia

Guava Anis, 30 Juli 1992


 ***


RINDU KEMERDEKAAN SEJATI
Meliana Levina Prasetyo

Berabad-abad silam tanah persada berada dalam cengkeraman para raja tamak dari tanah barat
Mereka merebut warisan kekayaan alam Nusantara sejak dulu kala
Mereka ingin memiliki tanah persada seutuhnya serta menjadi raja di tanah asing
Mereka telah menyisakan berbagai goresan luka dalam kalbu setiap anak negeri

Hingga muncul para pendekar bangsa berjuang gigih sehidup semati demi kebebasan ibu pertiwi
Mereka gigih di tengah-tengah medan laga yang ganas tak berperasaan
Sampai tinggal nama pun mereka tidak berhenti berseru
Perjuangan mereka bagai rantai kehidupan tanpa batasan

Setelah ibu pertiwi bebas dari cengkeraman para raja loba
Raja negeri Kincir Angin masih ingin terus mencengkeram tanah persada
Namun akhirnya putera-puteri pertiwi menang bestari
Mereka dengan bangga membangun bahtera di tanah air sendiri

Namun apakah insan pertiwi telah merasakan kemerdekaan sejati?
Meskipun lahir merdeka namun batin masih terancam
Berbagai bisul perpecahan bangsa dan virus mematikan dari negeri seberang semakin menusuk kalbu
Ayo bangkitlah anak negeri bawalah bangsa ini menuju padang bakti mulia gemilang

Nama saya Meliana Levina Prasetyo, nama pena Milevia, lahir di Surabaya, 22 September 1974, email mellychang@yahoo.com, hobi membaca, menonton, menyanyi, koleksi perangko.


***


AGUSTUSAN; SUDAHKAH KITA BENAR-BENAR MERDEKA?
Ochi Rosdian 

 17 Agustus 1945
Tercatat dalam lembar sejarah
Tangan-tangan gagah menekan-mundur penjajah
Berakhirlah pertumpahan darah

Golok dan keris kembali bersarung
Bambu runcing lelah terjaga, terbenam dalam dekapan bumi
Khidmat berhymne pada janji kemerdekaan;
Proklamasi.

Agustusan, selanjutnya kami menyebut begitu
Dusun dan kota bersolek nuansa merah putih
Di tanah lapang, pasukan berbaris tunaikan pengabdian
Bendera berkibar
Nasionalisme berkobar

Agustusan, nyatanya sekedar seremonial
Masa keemasan lama memudar
Berkurang nilai sudah tentu turun harga
Di senayan, Tuan dan Nyonya berdasi sikut kanan-kiri berebut kursi
Di jalanan, tunas-tunas bangsa mencekik leher Vodka, larut dalam euforia gengsi
Di kala malam, pegadaian harga diri mengobral penawaran pada Si hidung belang
Katanya sih demi sepotong roti atau entah sebungkus nasi

Pertiwi ... maaf bila kami terlupa
Sudah berapa lama Indonesia merdeka?
Kita tidak dijajah, nyatanya terjajah
Lawan! Bisikmu di keheningan
Bukan golok dan keris yang harus kau hunus
Penjajah menyusup lewat pemikiran
Bebaskan jiwa dari belenggu pembodohan
Itulah musuh nyata bagimu, Negeri.
Salam merah putih. Merdeka!

Bandung, 14 Agustus 2014
 

Ochi Rosdian lahir di hari keenam bulan kesepuluh di kota Manis, Ciamis. Selain FB bisa di hubungi di twitter OchiRosdian, akun blog di ochirosdian@blogspot.com dan email rosdianirosi@gmail.com


***

Baca Juga Kumpulan Puisi Idul Fitri

Demikian Kumpulan Puisi Tentang Kemerdekaan dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan RI, Dirgahayu Repblik Indonesia yang ke 69 semoga makin Jaya.

 

5 komentar:

Unknown mengatakan...

Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai sastrra. Sastra adalah seni bahasa, selain itu sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam.
Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai karya ilmiah yang bisa anda kunjungi di sastra

Unknown mengatakan...

mohon ijin untuk kami bisa bawakan puisi anda.. di acara puncak HUT RI ke 70 thn diwilayah RW.07 Tanah Tinggi, Jakpus..
Keren.. dan Begitu mendalam.. semoga menjadi inspirasi kami.. dalam berkarya

regards
falah

garbawijaya mengatakan...

Puisinya sangat bermanfaat

Unknown mengatakan...

Ingin skli saya ikut brgbung dgn penulis2 puisi..mnlis puisi hobby saya..dn ingin sekali bisa mmpubkiksikn karya saya

Unknown mengatakan...

Mohon ijin membacakan salah satu karya anda untuk pementasan saya. Trimakasij

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.