Kupas Tuntas Morfologi dan Morfem

Komunitas Penulis - Apa itu Morfologi? Atau itu Morfem? Apa itu Morf dan Alomorf? hal ini erat kaitannya dengan Fonologi atau lebih dikenal dengan fonem. Nah kali ini kita akan membahas mengenai Pengertian Morfologi. secara singkat, bisa dikatakan bahwa Morfologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Sejarah dari Morfologi diambil dari bahasa Yunani. Dalam linguistik bahasa Arab morfologi ini adalah tashrif yang bermakna perubahan satu bentuk (asal) kata menjadi bermacam-macam bentukan untuk mendapatkan makna yang berbeda, yang tanpa perubahan ini, makna yang berbeda itu akan terlahirkan.

Sebelumnya sudah pernah ktia bahas di sini mengenai Fonlogi dan Morfologi pada Bidang Linguistik Murni

Sebelumnya, anda bisa membaca tentang :

 
 
Untuk lebih jelasnya kita akan bahas secara detail :

Morfologi dan Morfem

Morfologi dan Morfem

Pengertian Morfologi

Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi berasal dari kata morphologie yang diambil dari bahasa Yunani “morphe” dan “logos”. Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu. Jadi morfologi memiliki makna ilmu tentang bentuk. Sehingga bisa dikatakan bahwa morfologi adalah suatu ilmu tatabahasa yang mempelajari tentang seluk beluk bentuk kata.

Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.

Beberapa pengertian Morfologi dari para ahli:
  1. Menurut Ramlan : Morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik
  2. Menurut Kridalaksana : Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata yakni morfem 
  3. Menurut Keraf : Morfologi adalah bagian dari tatabahasa yang membicarakan bentuk kata

Contoh dari beberapa kata yang mungkin pernah ktia dengar, misalnya :  “Dito menyelesaikan pekerjaan itu”.

Bentukan di atas semula belum dapat dipahami maksud dan tujuannya. Setelah kita pisahkan arus ujaran sesuai dengan bentuknya, maka menjadi Dito menyelesaikan pekerjaan itu. Tapi hasil pemisahan unsur bentuk kata menyelesaikan dan pekerjaan masih dapat dipecah lagi menjadi unsur-unsur men-, selesai, kan dan pe-, kerja, -an. Unsur-unsur selesai dan kerja serta unsur-unsur Dito dan itu tidak dapat dipecah lagi.

Unsur-unsur tersebut dapat langsung membina kalimat seperti Dito selesai kerja. Pengertian dalam memecah-mecahkan unsur bentukan inilah yang dipelajari dalam morfologi. Dan ruang lingkup morfologi mencakup morfem, morf, dan alomorf.

Proses Morfologis

Proses morfologis dapat dikatakan sebagai proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem  yang lain yang merupakan bentuk dasar. Dalam proses morfologis ini terdapat tiga proses yaitu: pengafiksan, pengulangan atau reduplikasi, dan pemajemukan atau penggabungan.


1. Pengafiksan
Adalah proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata .
Contoh:
  •     Berbaju
  •     Menemukan
  •     Ditemukan

Bila dilihat pada contoh, berdasarkan letak morfem terikat dengan morfem bebas pembubuhan dapat dibagi menjadi empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks), pembubuhan tengah (infiks), pembubuhan akhir (sufiks), dan pembubuhan terbelah (konfiks).

2. Reduplikasi
Reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi fonem maupun tidak

Contoh: berbulan-bulan, satu-satu, seseorang, compang-camping, sayur-mayur.

3. Penggabungan atau Pemajemukan
Pemajemukan adalah Proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal 

Contoh:
  •     Sapu tangan
  •     Rumah sakit

Pengertian Morfem

Morfem berasal dari kata “morphe” yang berarti bentuk kata dan “ema” yang berarti membedakan arti. Secara sederhana bisa diartikan bahwa, morfem adalah suatu bentuk terkecil yang dapat membedakan arti.

Beberapa pengertian Morfem dari para ahli:
  1. Menurut Chaer : Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna.
  2. Menurut Kridalaksana : Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil; misalnya (ter-), (di-), (pensil), dan sebagainya adalah morfem
  3. Menurut Keraf : Morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata dan yang dapat dibedakan artinya 

Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat kita lakukan dengan menggabungkan morfem itu dengan kata yang mempunyai arti leksikal. Jika penggabungan itu menghasilkan makna baru, berarti unsur yang digabungkan dengan kata dasar itu adalah sebuah morfem.

Contoh, misalnya Kata 'bai'k dengan kata 'membaik'. Kata baik mempunyai arti berbeda dengan kata membaik, karena kata baik terdiri dari satu morfem, sedangkan kata membaik terdiri dari dua morfem yaitu morfem terikat berupa me- dan morfem bebas berupa 'baik'.

 Morfem –an, -di, me-, ter-, -lah, jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata makanan, dimakan, memakan, termakan, makanlah, yang mempunyai makna baru yang berbeda dengan makna kata makan.

Untuk menentukan bahwa sebuah satuan bentuk merupakan morfem atau bukan kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam bentuk lain. Bila satuan bentuk tersebut dapat hadir secara berulang dan punya makna sama, maka bentuk tersebut merupakan morfem. Dalam studi morfologi, satuan bentuk yang merupakan morfem diapit dengan kurung kurawal ({ }) kata kedua menjadi {ke} + {dua}.


Morf dan Alomorf


Morf adalah anggota morfem yang belum ditentukan distribusinya. Misalnya/i/ pada kata kenai adalah morf; morf adalah ujud kongkret atau ujud fonemis dari morfem, misalnya men- adalah ujud konkret dari meN- yang bersifat abstrak. Secara singkat bisa diartikan bahwa morf adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya.

Alomorf adalah variasi bentuk morfem terikat yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang dimasukinya, atau bisa juga dikatakan nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya. Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah.


Dalam merumuskan alomorf ini, kita harus tahu lebih dulu morfem terikat apa yang melekat pada kata dasarnya. Untuk merealisasikan masalah tersebut, maka harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.

Contoh-contoh alomorf dibawah ini:
·         ber-,              ber-                                be-                            bel-
                     berjalan                          bekerja                      belajar
                     berlari                            berenang                   -

·         me-,              me-                                men-                         mem-
                     melacak                         mendaki                   membeli
                     melarikan                       mencari                     mempercayai
                   
                     meng-                            meny-
                     mengoreksi                    menyapu
                     menggoreng                  menyanyi

·         pe-                pe-                                 pen-                          pem-
                     pelari                             pendatang                pembeli
                     penyanyi                        pencari                      pembanjak

                     peng-                             pel-
                     pengemudi                    pelajar
                     pengendara                    pelacur dan sebagainya.


Bentuk linguistik di atas dapat berwujud morfem, morf, alomorf, kata, bahkan ada yang lebih tinggi tatarannya yaitu frasa, klausa dan kalimat. Kelompok terakhir ini tidak dibicarakan pada bab ini. Oleh sebab itu, bentuk-bentuk diatas terdiri atas satuan-satuan yang lebih kecil dan masih ada hubungan arti.

Jenis- Jenis Morfem


Dari segi bentuknya, Morfem dapat dibedakan menjadi:

1. Morfem Bebas
adalah morfem yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti tanpa harus dihubungkan dengan morfem lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas. Misalnya buku, pensil, meja, rumah dan sebagainya. Contoh-contoh di atas dikatakan morfem karena merupakan bentuk terkecil yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti. Apabila bentuk itu kita pecah lagi, sehingga menjadi bu- ku, me- ja, pen- sil, ru- mah, dan seterusnya, maka bentuk bu- dan bentuk ku tidak mempunyai arti. 

2. Morfem Terikat
adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak mempunyai arti. Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran) tergolong sebagai morfem terikat. Selain itu, unsur-unsur kecil seperti partikel –ku, -lah, -kah, dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri, juga tergolong sebagai morfem terikat.
v  Morfem terikat apabila ditinjau dari segi tempat melekatnya dapat dibedakan menjadi:
ü  Prefiks (awalan)         :             me-, ber-, ter-, di-, ke-, pe-, per-, se-
ü  Infiks (sisipan)            :             -em, -el, er-
ü  Sufiks (akhiran)          :             -an, -i, -kan, -nya, -man, -wati, -wan, -nda
ü  Konfiks (gabungan)   :             ke+an, pe+an, per+an, me+kan, di+kan,
                                               me+per+kan, di+per+kan, me+per+i,
                                               di+per+i, ber+kan, ber+an.

v  Morfem terikat apabila ditinjau dari asal usulnya, maka dapat dibedakan menjadi:
ü  Morfem terikat asli bahasa Indonesia ; lihat contoh-contoh di atas.
ü  Morfem terikat dari bahasa asing, misalnya ;
o   Bahasa Jawa                 : tuna, tata, daya, wawan, pramu, sarwa.
o   Bahasa Sansekerta        : pra, swa, maha, pri, wan, man, wati
o   Bahasa Barat                : is, istis, isme, isasi, if, or, om, us, re, de,
                                      di, en, ab, in, eks, mon.
o   Bahasa Arab                 : i, wi, ani, ni, iah, at, mun, mat.


Dari segi keutuhaannya, Morfem dibedakan menjadi:

1. Morfem Utuh
Yaitu morfem yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Misalnya, meja, kursi, rumah, henti, juang, dan sebagainya.

2. Morfem Terbagi
yaitu morfem yang merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi. Misalnya, pada kata satuan (satu) merupakan morfem utuh dan (ke-/-an) adalah morfem terbagi. Semua afiks dalam bahasa Indonesia termasuk morfem terbagi.


Dari segi maknanya, Morfem dapat dibedakan menjadi:

1. Morfem Bermakna Leksikal
yaitu morfem-morfem yang secara inher telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Misalnya, morfem-morfem seperti (kuda), (pergi), (lari), dan sebagainya adalah morfem bermakna leksikal. Morfem-morfem seperti itu sudah dapat digunakan secara bebas dan mempunyai kedudukan yang otonom dalam pertuturan.

2. Morfem Tak Bermakna Leksikal
yaitu morfem-morfem yang tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri sebelum bergabung dengan morfem lainnya dalam proses morfologis. Misalnya, morfem-morfem afiks (ber-), (me-), (ter-), dan sebagainya.


Morfem Segmental dan Suprasegmental

Perbedaan morfem segmental dan suprasegmental berdasarkan jenis fonem yang membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber}. Jadi semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmenntal seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. Misalnya, dalam bahasa Ngbaka di Kongo Utara di benua Afrika, setiap verba selalu disertai dengan petunjuk kala (tense) yang berupa nada.

Morfem Beralomorf Zero

Dalam linguistik deskriptif, ada konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol (lambangnya berupa Ø), yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa ”kekosongan”.
  • Bentuk tunggal : I have a book ; I have a sheep
  • Bentuk jamak : I have two books ; I have two sheep
  •  Kata kini : They call me; They hit me
  • Kata lampau : They called me ; They hit me
Bentuk tunggal untuk book adalah books dan bentuk jamaknya adalah books; bentuk tunggal untuksheep adalah sheep dan bentuk jamaknya adalah sheep juga. Karena bentuk jamak untuk books terdiri dari dua buah morfem, yaitu morfem {book} dan morfem {-s}, maka dipastikan bentuk jamak untuk sheepadalah morfem {sheep} dan morfem {Ø}. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa {Ø} merupakan salah satu alomorf dari morfem penanda jamak dalam bahasa Inggris.
          

Morfem Dasar, Dasar, Pangkal, dan Akar

Sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk dasar atau dasar (base) dalam suatu proses morfologi. Artinya, bisa diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi, bisa diulang dalam suatu proses reduplikasi, atau bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi.

Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi, atau proses pembubuhan afiks infleksi. Misalnya, dalam bahasa Inggris kata books pangkalnya adalah book. Dalam bahasa Indonesia, kata menangisi pangkalnya adalah tangisi. Akar atau (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Misalnya, kata Inggris untouchables akarnya adalah touch.

Lihat Juga Ketaksaan atau Ambiguitas

Demikian mengenai Morfologi dan Morfem. Jika ada tambahan atau kesalahan mohon untuk menjadi koreksi. Salam

DAFTAR PUSTAKA
  • Falah Zainal, S.Hud. (1996). Tatabahasa Indonesia. Yogyakarta: CV. Karyono.
  • Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Chaer Abdul. (2011). Tatabahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
  • Masnur Muslich. (2010). Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta Timur: PT. Bumi Aksara.
  • Alwi, Hasan, dkk. (2000). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Verharr, J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
.

0 komentar:

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.