Tentang Homonim, Homofon, Homograf, dan Polisemi

Komunitas Penulis - Dalam bahasa manapun biasanya ada sebuah kata yang memiliki lebih dari satu makna, atau suatu kata yang memiliki tulisan sama tetapi pelafalannya berbeda. Maka, timbullah ketaksaan atau ambiguitas. Dari sinilah muncul adanya Homonim, Homofon, Homograf, dan Polisemi. Nah kali ini kita akan membahas mengenai hal ini. Apakah pengertian Homonim, Homofon, Homograf, dan Polisemi? Dan bagaimana contoh-contohnya?

Dalam studi bahasa, biasanya Homonim akan dikaji dengan Polisemi. Beberapa pertanyaan studi bahasa biasanya, Bagaimana cara membedakan Homonim dan Polisemi, Apa persamaan dan perbedaan homonim dan polisemi? Kata apa sajakah yang berhomonim sekaligus berpolisemi? Juga apa saja pengertian dari keduanya. Sedangkan Homofon dan Homograf masuk di dalam pengkajian Homonim. Untuk lebih jelasnya mari kita uraikan satu-persatu.

Homonim, Homofon, Homograf, dan Polisemi

Pengertian Homonim

Homonim berasal dari bahasa Yunani, yaitu homos dan onuma. Kata tersebut masing-masing berarti ’sejenis’ atau ’sama’ dan ’nama’. Dalam ilmu bahasa, istilah ini diartikan sebagai kata-kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.

Contohnya, kata genting dan jarak.
genting
(1)   Karena perang, kota itu tampak sangat genting (genting = gawat)
(2)   Kakak sedang memperbaiki genting yang bocor (genting = atap)

jarak
(1)   Ayah sedang menanam pohon jarak di belakang rumah (jarak = pohon)
(2)   Jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh (jarak = ukuran)

Dalam penulisan pada kamus, kata-kata yang berhomonim biasanya ditandai oleh urutan angka Romawi. Contohnya sebagai berikut:
  • karang I     = batu karang, sejenis batu kpur di laut.
  • karang II   = karangan bunga, susunan atau ikatan.
  • karang III  = karangan ilmiah, karya tulis.
  • karang IV  = pekarangan rumah, halaman.
  • karang V   = karang keputraan, tempat kediaman

Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Dalam bahasa Indonesia homonim masih dapat di bedakan lagi atas homograf dan homofon, karena kesamaan bentuk itu dapat dilihat dari sudut ejaan atau ucapan. Jika lafalnya sama disebut homograf, namun jika yang sama adalah ejaannya maka disebut homofon.

Pengertian Homofon

Kata Homofon berasal dari kata homo berarti sama dan foni (phone) berarti bunyi/suara. Bahasa Yunani: ὁμός, homós, "sama" dan φωνή, phōnḗ , "bunyi") adalah kata yang diucapkan sama dengan kata lain tetapi berbeda dari segi maksud. Homofon Adalah suatu kata dimana lafal/bunyinya sama, namun memiliki tulisan dan arti yang berbeda. Homofon merupakan kata yang diucapkan sama tetapi berbeda dari segi maksud atau makna dan juga tulisannya berbeda.
Perkataan-perkataan yang homofon mungkin dieja dengan serupa atau berbeda.

Contoh Homofon :
Sangsi : (ragu) | Sanksi (hukuman)
Bank (tempat menyimpan/menghutang uang) | bang (sebutan laki-laki lebih tua)
Rock (aliran Musik) | Rok (Pakaian bawahan untuk wanita)

Sedangkan homograf berbeda pula. Jika homofon pengucapannya sama, homograf pengucapannya berbeda namun tulisannya sama.

Pengertian Homograf

Homograf terdiri atas kata homo berarti sama dan graf (graph) berarti tulisan. (bahasa Yunani: ὁμός, homós, "sama" dan γράφω, gráphō, "tulis") homo berarti sama dan graf (graph) berarti tulisan. Homograf adalah kata yang tulisannya sama, tetapi berbeda lafal dan maknanya. Homograf merupakan  suatu kata dimana tulisannya sama namun lafal atau bunyinya serta artinya berbeda.

Contoh :
Tahu (mengerti) | Tahu (makanan)
Sedan (sedih) | Sedan (Jenis Mobil)
Apel (nama buah) | Apel (Upacara)



Pengertian Polisemi

Polisemi berasal dari kata poly dan sema, yang memiliki arti ’banyak’ dan ’tanda’. Jadi, polisemi berarti suatu kata yang memiliki banyak makna. Dalam bahasa indonesia akan kita temui kata-kata yang menanggung beban makna yang begitu banyak. Polisemi adalah suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu karena adanya banyak komponen konsep dalam pemaknaan suatu kata.

Contoh kata Polisemi:

Kepala
Makna dasar kepala adalah bagian tubuh di atas leher, tempat otak dan pusat jarngan saraf. Kepala merupakan bagian badan yang sangat penting dibandingkan dengan beberapa bagian anggota badan manusia lainnya. Selain berarti bagian tubuh yang penting itu, kepala digunakan dalam konteks pemakaian lainnya, diantaranya:
a.  Bagian benda setelah atas atau bagian depan, contoh: kepala tongkat dan kepala surat.
b. Pemimpin atau ketua, contoh: kepala kantor, kepala pasukan, dan kepala daerah.
c. Sebagai kiasan atau ungkapan, contoh: kepala udang, kepala dua, dan besar kepala.

Penggunaan kata kepala pada ketiga konteks diatas tidaklah menimbulkan makna yang berbeda. Makna-makna tersebut masih memiliki satu kesamaan. Makna dasar dari kepala dalam hal ini merupakan ’bagian yang memiliki kedudukan yang sangat penting’.

Contoh kata polisemi lainnnya:
Sakit
      1.   a. Nenek dibawa ke dokter karena sakit.
            b. Bangsa ini sedang sakit.
            c. Dedi sakit hati karena dihianati teman dekatnya.

Naik
      2.   a. Direncanakannya ayah akan naik pesawat malam ini.
            b. Diharapkan kakak tidak lama lagi dapat naik pangkat.
            c. Sherina adalah artis cilik yang sedang naik daun.


 Polisemi adalah menyangkut masalah kegandaan makna yang kadangkala bisa membingungkan pemakai bahas, tetapi justru tidak memperoleh tempat yang wajar dalam pengajaran. kegandaan makna itu bisa muncul dengan berbagai cara. Faktor gramatikal, bentik gramatikal pemukul bisa berarti alat untuk mengukur atau orang yang memukul. sebuah frase juga bisa menyebabkan kegandaan makna meskipun kata-kata pendukung frase itu secara individual tidak menimbulkan kegandaan misalnya orang tua bisa berarti orang yang tua atau bapak dan ibu.demikian juga pada kalimat siswa sedang membaca buku sejarah baru.

Perbedaan Homonim dan Polisemi



Bagaimana Cara Membedakan Homonim dan Polisemi?
Untuk menetapkan apakah suatu bentuk itu merupakan polisemi atau homonim tidak selalu mudah. caranya yaitu :

1. Menetapkan kata itu berdasarkan etimologi atau pertalian historisnya. contohnya kata kopi juga adalah homonim walaupun kata kopi I berasal dari bahasa belanda koffie yang berarti nama pohon dan biji yang digoreng untuk minuman sedangkan kata kopi II berasal dari bahasa Copy yang berarti salinan (surat dan sebagainya).

2. Dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar, salah satunya adalah metafora. misalnya referen primer bagi kata-kata : mulut, mata, kepala, kaki. tangan, dan sebagainya adalah bagian-bagian dari tubuh manusia. namun dalam perluasannya berdasarkan dalam prinsip metaforis bagian bagian tubuh tersebut dapat digunakan juga untuk menyebut bagian dari: sungai, jarum, pasukan, gunung, kursi dan sebagainya. hubungan itu lahir dari kesamaan fungsi atau bentuk antara referen-referennya.


Makna-makna yang ada dalam polisemi meskipun berbeda tetapi dapat dilacak secara etimologi dan semantik, bahwa makna-makna itu masih mempunyai hubungan. Contohnya: kata pacar ”inai” dan kata pacar ”kekasih”. Makna-makna dalam dua bentuk homonim tidak mempunyai hubungan sama sekali. Contohnya: ”kepala” pada bentuk kepala surat dan makna ”kepala” pada kepala jarum bisa di telusuri berasal dari makna leksikal kata kepala itu.

Jadi, kesimpulannya sebagai berikut :

Pembeda Homonim Homofon Homograf Polisemi
tulisan = = =
lafal/bunyi = = =
makna =
contoh bisa  bang tahu bunga



Homonim diartikan sebagai kata-kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi memiliki makna yang berbeda. Polisemi berarti suatu kata yang memiliki banyak makna. Makna-makna yang ada dalam polisemi meskipun berbeda tetapi dapat dilacak secara etimologi dan semantik, bahwa makna-makna itu masih mempunyai hubungan. Makna-makna dalam dua bentuk homonim tidak mempunyai hubungan sama sekali.

Lihat Juga Penjelasan Kata Serapan

Demikian Tentang pengertian Homonim, Homofon, Homograf, dan Polisemi. Semoga bisa menjadi referensi yang terpercaya bagi anda. Bila ada kekurangan atau kesalahan mohon koreksinya. Salam Nektarity.


Daftar Pustaka:
  • Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
  • Parera, J.D. 2004. Teori Semantik-Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
    Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
    Kosasih, E. 2008. Ketatabahasaan dan kesusastraan. Bandung: CV. Yrama Widya.
    Mukhtar, Khalil dkk. 2006. Semantik. Pekanbaru: Cendikia Insani.
.

0 komentar:

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.