Dalam melakukan kegiatan menulis, pernahkah mengalami suatu keadaan dimana kita punya hasrat ingin menulis tetapi rasanya tidak punya bahan yang akan ditulis? Atau sebaliknya, punya ide yang perlu ditulis tapi sedang tidak pada kondisi yang tepat untuk menuliskannya?
Bagi yang suka mempelajari teknik-teknik menulis, ada satu teknik yang asyik untuk memecahkan soal apakah kita punya bahan untuk menulis atau tidak. Teknik itu bernama Teknik Clustering.Teknik Clustering ini mempunyai hasil yang terkadang tidak terduga, terutama bagi kita penulis fiksi. Karena sering kita menemukan kalimat-kalimat yang bertabur diksi indah dan cantik tanpa pernah kita bayangkan sebelumnya. Kata-kata yang tidak pernah kita pikirkan akan kita pakai, menjadi terpakai dan membuat susunan paragraf dalam karya menjadi kokoh. Bagaimana Teknik Clustering ini? mari kita mulai.
Untuk memulai teknik Clustering ini, pertama, ambil selembar kertas ukuran A4 dan posisikan secara landscape. Tepat di tengah kertas, tuliskanlah sebuah kata untuk kita dieksplorasi secara tertulis. Kata ini nantinya akan kita kembangkan untuk menjadi sebuah ide yang menggoda.
Oke, misalkan kita ingin menulis tentang Jangkrik. Topik tentang Jangkrik ini ingin kita kembangkan menjadi tulisan yang tidak biasa-biasa saja dan, nantinya, di dalam pengembangan itu kita dapat menemukan sebuah ide baru.
Nah, langkah pertama yang harus kita tempuh adalah dengan menulis kata JANGKRIK persis di tengah kertas A4. Setelah itu, tariklah empat garis yang memancar dari tulisan JANGKRIK menuju empat arah berbeda.
Selanjutnya, pandangi secara seksama empat garis itu. Kemudian, secara sangat spontan, bubuhkan satu kata tanpa berpikir di atas keempat garis tersebut. Karena tanpa dipikirkan lagi, diharapkan keempat kata itu tidak ada yang berkaitan dengan kata JANGKRIK.
Misalnya saja, empat kata yang kita tuliskan adalah SENJA, MERAH, BUNGA, ROTI.
Dari keempat kata diatas, kita harus memilih satu kata. Misalnya, yang kita pilih adalah ROTI. Apa hubungannya JANGKRIK dan ROTI? Tidak ada. Pada titik ini, kita telah berani menantang pikiran kita. Kita menantang pikiran kita untuk mengubah perspektif dalam memandang kata JANGKRIK.
Langkah berikutnya adalah menggunakan jalur JANGKRIK-ROTI untuk mengembangkan ide. Buatlah tiga garis cabang dari jalur (garis) JANGKRIK-ROTI yang titiknya dari kata ROTI. Lalu tuliskankan tiga kata lagi secara spontan di atas tiga garis cabang tersebut. Misalnya kita membubuhkan kata SETAN, BIAS, JALAN.
Pengembangan ide telah mencapai tahap kedua. Sampai disini, kita sudah bisa meng-cluster ide kita itu. Untuk meng-cluster jalur JANGKRIK-ROTI , kita harus memilih satu kata dari tiga kata cabang yang ada. Misalnya, kita memilih kata BIAS.
Nah, sampai di sini, kita telah menemukan jalur JANGKRIK-ROTI-BIAS. Setelah kita menemukan tiga kata ini, cobalah tantang pikirankita dengan melakukan kegiatan menulis yang menggunakan tiga kata tersebut (JANGKRIK-ROTI-BIAS) untuk menemukan sebuah ide yang lain daripada yang lain sehingga membentuk satu kalimat atau bahkan satu paragraf.
Dalam mempraktekkan Teknik Clustering ini, kadang-kadang efeknya sungguh tidak terduga. Ketika menggunakan teknik ini, bahwa menulis yang dulu dianggap sangat berat, ternyata dapat sangat menyenangkan. Bahkan, kabar terakhir, teknik clustering ini juga dapat memicu seorang penyair untuk mengalirkan sekaligus menciptakan sepenggal puisi yang menggigit.
Teknik clustering ini didasarkan pada fakta bahwa otak kita terdiri atas dua macam belahan, yaitu belahan kiri dan belahan kanan. Menurut para peneliti, bekerjanya otak, masing-masing belahan itu bekerja dengan cara yang sangat berbeda. Nah, menulis, menurut para pakar otak itu merupakan kegiatan yang menggabungkan dua belahan otak kita. Apabila kita hanya menjalankan satu belahan saja, maka yang terjadi adalah kerepotan dan frustrasi dalam menulis.
Di samping untuk mengecek apakah kita punya bahan atau tidak, teknik ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas kegiatan membaca. Teknik ini, hebatnya, juga mencoba memadukan aktivitas visual dan aktivitas tekstual secara bersamaan. Nah, teknik ini, apabila dapat dilatih secara rutin dan konsisten oleh seorang penulis, maka tidak hanya tes-bahan saja yang dapat dilakukan, melainkan juga untuk mengefektifkan kegiatan membaca.
Nah, mulai saat ini, kumpulkan bahan-bahan tulisan yang ada di dalam diri kita itu secara rutin dan konsisten dengan mengeluarkannya perlahan-lahan. Dengan menuliskan secara mencicil, kita sebenarnya sedang berupaya keras untuk memecahkan kendala internal. Kalau kendala internal bisa kita pecahkan,yakinlah bahwa kendala eksternal akan lebih mudah kita atasi.
Demikian Teknik Clustering Untuk Menulis, semoga bermanfaat bagi yang sedang mencoba untuk membuat karya fiksi.
Salam Nektarity :)
Bagi yang suka mempelajari teknik-teknik menulis, ada satu teknik yang asyik untuk memecahkan soal apakah kita punya bahan untuk menulis atau tidak. Teknik itu bernama Teknik Clustering.Teknik Clustering ini mempunyai hasil yang terkadang tidak terduga, terutama bagi kita penulis fiksi. Karena sering kita menemukan kalimat-kalimat yang bertabur diksi indah dan cantik tanpa pernah kita bayangkan sebelumnya. Kata-kata yang tidak pernah kita pikirkan akan kita pakai, menjadi terpakai dan membuat susunan paragraf dalam karya menjadi kokoh. Bagaimana Teknik Clustering ini? mari kita mulai.
Penerapan Teknik Clustering untuk Menulis
Untuk memulai teknik Clustering ini, pertama, ambil selembar kertas ukuran A4 dan posisikan secara landscape. Tepat di tengah kertas, tuliskanlah sebuah kata untuk kita dieksplorasi secara tertulis. Kata ini nantinya akan kita kembangkan untuk menjadi sebuah ide yang menggoda.
Oke, misalkan kita ingin menulis tentang Jangkrik. Topik tentang Jangkrik ini ingin kita kembangkan menjadi tulisan yang tidak biasa-biasa saja dan, nantinya, di dalam pengembangan itu kita dapat menemukan sebuah ide baru.
Nah, langkah pertama yang harus kita tempuh adalah dengan menulis kata JANGKRIK persis di tengah kertas A4. Setelah itu, tariklah empat garis yang memancar dari tulisan JANGKRIK menuju empat arah berbeda.
Selanjutnya, pandangi secara seksama empat garis itu. Kemudian, secara sangat spontan, bubuhkan satu kata tanpa berpikir di atas keempat garis tersebut. Karena tanpa dipikirkan lagi, diharapkan keempat kata itu tidak ada yang berkaitan dengan kata JANGKRIK.
Misalnya saja, empat kata yang kita tuliskan adalah SENJA, MERAH, BUNGA, ROTI.
Dari keempat kata diatas, kita harus memilih satu kata. Misalnya, yang kita pilih adalah ROTI. Apa hubungannya JANGKRIK dan ROTI? Tidak ada. Pada titik ini, kita telah berani menantang pikiran kita. Kita menantang pikiran kita untuk mengubah perspektif dalam memandang kata JANGKRIK.
Langkah berikutnya adalah menggunakan jalur JANGKRIK-ROTI untuk mengembangkan ide. Buatlah tiga garis cabang dari jalur (garis) JANGKRIK-ROTI yang titiknya dari kata ROTI. Lalu tuliskankan tiga kata lagi secara spontan di atas tiga garis cabang tersebut. Misalnya kita membubuhkan kata SETAN, BIAS, JALAN.
Pengembangan ide telah mencapai tahap kedua. Sampai disini, kita sudah bisa meng-cluster ide kita itu. Untuk meng-cluster jalur JANGKRIK-ROTI , kita harus memilih satu kata dari tiga kata cabang yang ada. Misalnya, kita memilih kata BIAS.
Nah, sampai di sini, kita telah menemukan jalur JANGKRIK-ROTI-BIAS. Setelah kita menemukan tiga kata ini, cobalah tantang pikirankita dengan melakukan kegiatan menulis yang menggunakan tiga kata tersebut (JANGKRIK-ROTI-BIAS) untuk menemukan sebuah ide yang lain daripada yang lain sehingga membentuk satu kalimat atau bahkan satu paragraf.
Dalam mempraktekkan Teknik Clustering ini, kadang-kadang efeknya sungguh tidak terduga. Ketika menggunakan teknik ini, bahwa menulis yang dulu dianggap sangat berat, ternyata dapat sangat menyenangkan. Bahkan, kabar terakhir, teknik clustering ini juga dapat memicu seorang penyair untuk mengalirkan sekaligus menciptakan sepenggal puisi yang menggigit.
Teknik clustering ini didasarkan pada fakta bahwa otak kita terdiri atas dua macam belahan, yaitu belahan kiri dan belahan kanan. Menurut para peneliti, bekerjanya otak, masing-masing belahan itu bekerja dengan cara yang sangat berbeda. Nah, menulis, menurut para pakar otak itu merupakan kegiatan yang menggabungkan dua belahan otak kita. Apabila kita hanya menjalankan satu belahan saja, maka yang terjadi adalah kerepotan dan frustrasi dalam menulis.
Di samping untuk mengecek apakah kita punya bahan atau tidak, teknik ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas kegiatan membaca. Teknik ini, hebatnya, juga mencoba memadukan aktivitas visual dan aktivitas tekstual secara bersamaan. Nah, teknik ini, apabila dapat dilatih secara rutin dan konsisten oleh seorang penulis, maka tidak hanya tes-bahan saja yang dapat dilakukan, melainkan juga untuk mengefektifkan kegiatan membaca.
Nah, mulai saat ini, kumpulkan bahan-bahan tulisan yang ada di dalam diri kita itu secara rutin dan konsisten dengan mengeluarkannya perlahan-lahan. Dengan menuliskan secara mencicil, kita sebenarnya sedang berupaya keras untuk memecahkan kendala internal. Kalau kendala internal bisa kita pecahkan,yakinlah bahwa kendala eksternal akan lebih mudah kita atasi.
Demikian Teknik Clustering Untuk Menulis, semoga bermanfaat bagi yang sedang mencoba untuk membuat karya fiksi.
Salam Nektarity :)
0 komentar:
Posting Komentar