Perbandingan Cerpen Kontemporer dan Non Kontemporer

Komunitas Penulis - Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek apabila diuraikan menurut kata yang membentuknya berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut : cerita artinya tuturan yang membentang bagaimana terjadinya suatu hal, sedangkan pendek berarti kisah pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam situasi atau suatu ketika.

Kali ini kita akan mencoba membahas mengenai perbandingan atau perbedaan Cerpen Kontemporer dan Cerpen non Kontemporer.

CERPEN KONTEMPORER


Cerita pendek kontemporer adalah cerita pendek yang berisikan kehidupan manusia yang terasing dari dunianya karena gencetan suasana metropolis, yang pemberontak, yang berada di tengah-tengah pergulatan nilai-nilai saling bertentangan yang membuktikan bahwa manusia mempunyai potensi-potensi unik.

Konsep sastra Indonesia kontemporer, khususnya konsep cerita pendek kontemporer dapat dikatakan sebagai protes terhadap kepincangan-kepincangan masyarakat pada awal industrialisasi. Disamping itu, protes terhadap pengaruh negatif yang disebabkan oleh perkembangan ilmu dan pengetahuan dan teknologi. Akibat langsung pengaruh negatif itu dalah terjadinya krisis sosial, krisis politik, krisis ekonomi dan krisisi nilai. Krisis itu menimbulkan anarkisme, skeptisme, individualisme, ketidaktentuan nilai dan sistem.

Sebagai perbandingan, contoh cerpen kontemporer yang diambil adalah ‘Srengẻngẻ’ karya Seno Gumira Ajidarma. Untuk lebih sistematis, maka analisis sederhana diuraikan sebagai berikut :


CERPEN KONTEMPORER DAN NON KONTEMPORER


1. Cara Pengarang Menceritakan 

 Salah satu ciri cerpen kontemporer adalah anti logika. Cerita pendek anti logika diartikan sebagai menyalahi dasar logika manusia pada umumnya. Cerita pendek disajikan secara tidak lazim dan berbeda dengan cerita pendek biasa atau cerita pendek inkonvensional. Cerpen ‘Srengẻngẻ’ karya Seno Gumira Ajidarma mengangkat tema mengenai kehidupan sosial masyarakat yang memiliki persoalan begitu kompleks. Kepincangan-kepincangan dalam kahidupan diceritakan secara absurd. Dikatakan absurd karena berbagai karakteristiknya seperti alur dan peristiwanya serba tidak jelas, tidak menentu dan tidak logis menurut urutan logika sehari-hari. Peristiwa yang dihasilkan oleh lakuan dan pikiran, disajikan secara tumpang tindih. Akibatnya peristiwa itu seolah-olah tidak jelas lagi.

Peristiwa yang diangkat diceritakan abstrak atau tidak jelas. Dalam cerpen ini diceritakan mengenai berjalannya kehidupan sehari-hari manusia dengan berbagai aktifitas yang beragam sesuai dengan profesi. Semua orang hanya sibuk dengan urusannya sendiri tanpa menghiraukan yang lain. Kebanyakan yang dikerjakan adalah mencari uang dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat duniawi.

Persoalan yang muncul adalah ketika pada suatu hari ada kabar bahwa matahari tidak akan terbit lagi. Hal ini tentunya terdengar aneh dan asing. Mana mungkin matahari tidak terbit lagi, padahal terbitnya matahari kalau menurut logika sudah dapat dipastikan. Banyak sekali orang yang tidak percaya dengan adanya kabar ini. Namun ada sebagian orang yang mulai khawatir. Kabar selanjutnya adalah besok harinya matahari akan terbit dari sebelah barat. Ini cukup menggelikan bagi orang-orang yang diceritakan dalam cerpen.

Beredar rumor bahwa sebentar lagi dunia akan kiamat. Pagi hari itu pun gempar, matahari benar-benar tidak muncul. Hari masih saja gelap padahal jarum jam menunjukkan waktu sudah beranjak siang. Orang-orang mulai panik. Ada yang menyeru untuk segera bertobat sebelum hari benar-benar kiamat. Ada pula yang menyangsikan fenomena yang terjadi dengan mengatakan bahwa tidak perlu bertobat karena hari belum tentu akan kiamat. Maka untuk memastikannya, orang-orang berbondong-bondong berjalan ke arah barat untuk menyaksikan matahari terbit dari bumi sebelah barat. Bahkan orang-orang yang sudah berada di barat pun beranjak terus ke arah barat. Uniknya bukan hanya manusia yang berjalan kea rah barat, melainkan hewan-hewan pun ikut. Hingga tiba lah mereka semua di pantai sebuah teluk dan menanti terbitnya matahari. Mereka menanti dan menanti sampai pada akhir cerita mereka tetap menanti terbinya matahari.

Dalam cerpen ini, ceritanya benar-benar anti logika. Peristiwa yang diceritakan seperti matahari yang tidak terbit dan jika terbit pasti lah dari barat merupakan sesuatu yang di luar logika dan akal.

Cerpen kontemporer juga berciri terasing dan serba kompleks. Ciri-ciri ini dapat dibaca dalam cerita pendek yang berisi realitas kehidupan sosial dan ekonomi yang serba kompleks. Dalam cerpen ini, digambarkan sebuah kehidupan masyarakat yang memiliki profesi dan kesibukan yang begitu kompleks mualai dari pedagang, gelandangan dan lain sebagainya.

Ciri lain cerpen kontemporer yang juga ada dalam cerpen ‘Srengẻngẻ’ ini ialah mengabaikan plot atau alur cerita. Plot atau alur cerita cerpen kontemporer bersifat zig-zag atau semeraut dan ada pula yang ending atau penutup ceritanya mengambang. Dalam cerpen ‘Srengẻngẻ’, alurnya tidak begitu jelas dan tidak disertai dengan penjelasan mengenai mengapa sebuah peristiwa bisa terjadi. Tidak ada hubungan atau kausalitas sebab-akibat dalam cerpen ini. Pengarang tidak menceritakan sebab matahari tidak terbit, melainkan langsung kepada akibat yaitu matahari tidak terbit. Dari awal pembukaan cerita menuju klimaks dibina oleh pengarang dengan penuh imajinasi. Namun pada akhir cerita, pembaca terpaksa menganga karena cerita selesai saat klimaks sedang berlangsung. Tidak ada kejelasan apakah matahari benar-benar terbit dari sebelah barat atau mungkin tidak akan muncul lagi. Di sini pengarang membiarkan pembaca untuk turut berimajinasi dan mereka-reka bagaimana cerita ini berakhir.


2. Cara Pengarang Mendeskripsikan Tokoh dan Watak Tokoh

Ciri lain dari cerpen kontemporer adalah anti tokoh. Tokohnya jelas atau tidak jelas bukan persolan. Tokoh-tokoh ceritanya adalah tokoh-tokoh cerita imajiner, manusia yang tangguh, tahan terhadap benturan waktu, keadaan dan situasi.

Dalam cerpen ‘Srengẻngẻ’, tokoh-tokoh yang muncul tidak dijelaskan deskripsi mengenai asal-usulnya dan sifat atau watak tokoh. Pengarang hanya mengisyaratkan gambaran mengenai tokoh dengan kegiatan yang dilakukan tokoh. Tokoh utama dalam cerpen ini adalah orang-orang. Sedang tokoh lain yang muncul adalah Sukab yang kemunculannya tidak begitu mendominasi.

Tokoh-tokoh yang diceritakan sebagai orang-orang, diceritakan oleh pengarang sebagai manusia-manusia yang hidup dalam kehidupan keras yang membuat mereka memiliki sifat individualis, pesismistis tapi juga skeptis. Tindakan-tindakan tokoh diceritakan tidak seperti yang sering dijumpai dalam kehidupan sesungguhnya. Contohnya, dimana orang-orang sudah tidak dapat berpikir jernih lagi. Semua orang hanya punya satu tujuan yaitu membuktikan kebenaran terbitnya matahari dari sebelah barat. Tindakan mereka yang berbondong-bondong pergi ke barat begitu kental dibumbui imajinasi pengarang.


3. Cara Pengarang Mendeskripsikan Latar

Latar Tempat
Cerpen kontemporer sering kali mengusung latar tempat yang imajiner seperti di surga, di atas pelangi dan lain-lain. Namun latar tempat yang digambarkan dalam cerpen kontemporer seperti ‘Srengẻngẻ’ biasa saja. Sering kali latar tempatnya berubah-ubah tanpa ada alur yang jelas. Misalnya saja dari cerita yang mulanya mengusung latar tempat di pasar, kemudian berpindah ke tempat lain seperti pantai.

Latar Waktu
Latar waktu yang digambarkan dalam cerpen kontemporer dipengaruhi oleh alur yang kadang zig-zag atau semrawut. Namun pada cerpen kontemporer seperti ‘Srengẻngẻ’, latar waktu yang disuguhkan pengarang mengikuti alur yang maju. Hanya saja tidak dijelaskan kapan peristiwa yang ada dalam cerita itu terjadi.

Latar Suasana
Seperti cerpen pada umumnya, cerpen kontemporer juga memiliki latar suasana. Namun, suasana yang dilukiskan pengarang tidak biasa atau mungkin tidak pernah dijumpai dalam kehidupan nyata. Misalnya saja suasana yang ada dalam cerpen ‘Srengẻngẻ’, yaitu suasana kepanikan dan ketegangan yang dialami manusia bahakan hewan-hewan yang penasaran mengenai terbit atau tidaknya matahari. Tentu suasana seperti ini tidak ada dalam kehidupan nyata.

Baca juga Karya Sastra Kontemporer


CERPEN NON KONTEMPORER


Cerita pendek atau cerpen non kontemporer merupakan kebalikan dari cerpen kontemporer. Hal-hal yang diangkat untuk diceritakan atau dibuat cerita berasal dari peristiwa yang sungguh terjadi dalam kehidupan. Cerita pendek bermula dari cerita anekdot, lalu cerita perang atau juga lukisan masyarakat. Oleh karena itu analisis non kontemporer atau konvensional secara penuh bisa diterapkan. Cerita pendek harus ada ceritanya, ada tokoh yang berkarakter, ada plot dan setting, dan suspense, dan ada surprise.

Sebagai perbandingan, contoh cerpen non kontemporer yang diambil adalah cerpen ‘Pesta Perkawinan’ karya Hetty Andriani. Untuk lebih sistematis, maka analisis sederhana diuraikan sebagai berikut :


1. Cara Pengarang Menceritakan

Salah satu ciri cerpen non kontemporer adalah sesuai logika atau masuk akal. Ide cerita diambil dari kisah atau peristiwa nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya pada cerpen ‘Pesta Perkawinan’ karya Hetty Andriani yang menceritakan mengenai kehidupan seorang wanita yang pada usianya yang sudah matang, namun belum juga memiliki jodoh. Ia menyandarkan hatinya pada seorang pria yang pergi entah kemana. Saat adik perempuannya sudah menuju gerbang pernikahan, ia belum juga berjodoh. Sampai pada saat hari pernikahan adiknya, baru ia ketahui bahwa calon suami sang adik ternyata adalah pria yang ia cintai.

Di sini pengarang mengangkat cerita mengenai urusan cinta dan perkawinan yang merupakan cerita logis atau dapat diterima akal karena memang biasa terjadi dalam kehidupan dan tidak mengada-ada.

Alur dalam cepen ini sangat sistematis dan jelas alias tidak bercampur aduk atau semrawut. Pengarang menceritakan alur cerita sejelas mungkin dari awal hingga akhir. Asal-usul tokoh dan sebab-sebab peristiwa juga dijelaskan, sehingga pembaca tidak perlu memikirkannya.


2. Cara Pengarang Mendeskripsikan Tokoh dan Watak Tokoh

Pendeskripsian karakter dan watak tokoh dalam cerpen ‘Pesta Perkawinan’ ini jelas. Misalnya pada tokoh utama, Siti. Pengarang dengan hati-hati dan jelas menerangkan siapa Siti, bagaimana karakter Siti sebagai seorang wanita yang dicemooh sebagai perawan tua dan sifatnya yang sabar. Begitu pula dengan tokoh-tokoh yang lain seperti adik dan ibunya.


3. Cara Pengarang Mendeskripsikan Latar

a. Latar Tempat
Latar tempat yang ada pada cerpen non kontemporer logis dan benar ada dalam kehidupan nyata. Misalnya pada cerpen ‘Pesta Perkawinan’ ini yang memiliki latar tempat di rumah dan tempat-tempat biasa yang lain.

b. Latar waktu
Latar waktu yang diangkat oleh pengarang jelas. Misalnya pada cerpen ‘Pesta Perkawinan’ mengusung latar waktu pagi, siang atau malam.

c. Latar Suasana
Latar suasana cerpen non kontemporer seperti pada cerpen ‘Pesta Perkawinan’ digambarkan pengarang seperti suasana yang biasa dialami dalam kehidupan nyata. Suasanya kegalauan yang dialami oleh seorang wanita yang merasa sakit hati. Suasana seperti ini tentunya merupakan suasana yang biasa terjadi.

Secara garis besar, perbedaan cerpen kontemporer dan cerpen Non Kontemporer adalah:

KarakteristikCerpen KontemporerCerpen Non Kontemporer
TEMAAbsurd dan anti logikaJelas dan masuk akal
PENOKOHANAnti tokohTokoh jelas
ALURAnti alurAlur sistematis


Demikian PERBEDAAN CERPEN KONTEMPORER DAN NON KONTEMPORER. Semoga bermanfaat.


Daftar Pustaka:
Rahardjo, Sri H. 2004. Buku Bahasa Indonesia SMA X. Jakarta: Esis Tim Edukatif .2007. Kompeten Berbahasa Indonesia XII. Jakarta: Erlangga

0 komentar:

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.