Pasal-Pasal Dalam Menulis Puisi

Sebelumnya, kita pernah membuat postingan Bagaimana Puisi yang Baik. Namun dari postingan itu beberapa Nektarity masih mengeluh dan merasa kesulitan.

Mari tanyalah dalam diri masing-masing, untuk apa sih puisi yang ingin kita buat? Ini akan ada hubungannya dengan Pemahaman Diksi Puisi. Jika pertanyaan-pertanyaan demikian mampu kita jawab, selanjutnya kita akan lebih mudah melangkahnya.

Cobalah untuk membaca Unsur-unsur Puisi, Struktur Puisi, juga tips-tips menulis Puisi lainnya, seperti membuat variasi teknik dalam menulis puisi. Tetapi jangan pula lupakan mengenai aturan-aturan dalam puisi dari berbagai segi. Selain aturan secara ilmu bahasa, puisi juga mempunyai pasal-pasal untuk kita menciptakan puisi yang baik.

Dalam sebuah forum diskusi maya (apresiasi sastra), penyair Hasan Aspahani pernah menyarikan perihal pasal-pasal puisi versi Goenawan Mohammad dalam bukunya “Kesusastraan dan Kekuasaan”. Pasal-pasal ini bisa kita jadikan panduan bagaimana menulis puisi dengan baik.

Aturan dasar Dalam Menulis Puisi


 Pasal-Pasal Dalam Menulis Puisi


Pasal 1
Dalam puisi, pada mulanya adalah komunikasi. Karena itu, puisi yang tidak palsu dengan sendirinya dan sudah seharusnya mengandung kepercayaan kepada orang lain, pembacanya.

Pasal 2

Prestasi kepenyairan yang matang mencerminkan suatu gaya, setiap gaya mencerminkan suatu kepribadian, setiap kepribadian tumbuh dan hanya bisa benar-benar demikian bila ia secara wajar berada dalam komunikasi.

Pasal 3
Sajak yang mencekoki pembaca, atau menyuruh pembaca menelan saja pesan yang hendak disampaikan atau yang dititipkan lewat penyair adalah sajak yang tidak pantas dihargai.

Pasal 4
Penyair dan pembacanya berada dalam sebuah ruang kebersamaan yang meminta banyak hal serba terang, sebab dengan demikian terjamin kejujuran, dan penyair tidak sekedar menyembunyikan maksud sajaknya bagi dirinya sendiri.

Pasal 5
Akrobatik kata-kata untuk dengan sengaja membikin gelap suatu maksud sajak menunjukkan tidak adanya kejujuran, yang pada akhirnya tidak lagi dipercaya pembacanya dan kemudian ia pun tidak lagi percaya pada dirinya sendiri.

Pasal 6
Penyair harus meletakkan sajaknya di antara "kegelapan-supaya-tidak-dimengerti" dan "tidak-menjejalkan-segala-galanya-kepada-pembaca", tanpa mengaburkan batas antara kedua hal itu.

Dari kenyataan karya beberapa penyair (khususnya para pemula), yang sering muncul adalah puisi dengan ungkapan perasaaan semata. Padahal, sebenarnya dalam puisi juga perlu dimunculkan sisi intelektualitas di dalamnya. Baiklah, dari beberapa pandangan sekilas diatas, semoga bisa dijadikan dasar bagaimana kita bisa menulis puisi dengan baik, tidak asal menulis, tetapi benar-benar dilandasi dengan sebuah ilmu tentang puisi, sehingga akan lahir karya-karya besar, bukan hanya picisan.

Baca Juga Ciri-ciri Kalimat Efektif

Demikian mengenai Pasal-Pasal Dalam Menulis Puisi. Semoga bermanfaat bagi anda. Terima kasih.

0 komentar:

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.