Persembahan Puisi Untuk Guru Tercinta

Komunitas Penulis - Memperingati Hari Guru Nasional yang jatuh pada Tanggal 25 November nanti, beberapa anggota Komunitas Penulis Fiksi Sastra RUMPUN NEKTAR mencoba mempersembahkan Puisi Tema Guru untuk guru-guru kami terdahulu dari kecil hingga kini. Puisi tentang guru memang jika dibahas tidak akan ada habisnya. Sebab segala sesuatu mengenai pahlawan tanpa tanda jasa ini memang kerap membuat kita merasa berhutang banyak kepada beliau.

Kami membuat Puisi tentang Guru adalah salah satu bentuk persembahan kecil bagi kami yang bisa kami lakukan untuk mengenang dan mengingat apa yang pernah kami terima dari guru-gruu kami baik sekolah formal, informal, maupun guru-guru kehidupan. Guru, yang sejatinya punya banyak jasa, dewasa ini kemuliaan profesi ini sering dianggap sebelah mata. Ada yang bilang tidak bisa dijadikan penghidupan yang layak, atau bahkan ada yang bilang Guru masa kini banyak yang tak bermoral karena banyaknya kasus-kasus guru yang amoral. Terlepas dari itu, guru tetaplah guru yang memberikan kita pelajaran berharga. Tanpanya, kita bukan apa-apa.

Anda juga bisa melihat karya puisi kami di :
1. Puisi Kemerdekaan
2. Puisi Idul Fitri
3. Puisi Tema Ayah
4. Puisi Pahlawan
5. Puisi Sumpah Pemuda

Dan berikut kumpulan puisi tema guru dari kami, Nektarity :

Puisi Untuk Guru


Puisi tema Guru


‘?’
Oleh: Anung D’Lizta


Membujuk hati untuk berkata baikbaik saja
Seutas senyum semangat menyala dari sorot mata
Rapihmu dengan kopiah hitam
Berlambang bunga dinas meluncur berjiwa satria
Ingin kutanya padamu
Adakah lelah mengalungi relung perjuanganmu
Mengasah tunastunas yang katanya generasi bangsa
Tapi lihatlah imbalan yang kaudapatkan
Hanya sepotong kertas tak wujud apaapa
Hanya kesyukuran dan keikhlasan
Nama baikmu dipertaruhkan
;Oh guru


Tanda Itu
Oleh: Anung D’Lizta

Punggung tanganmu yang kering menua
Terbakar ganasnya terik dunia
Setiap pagi dan sore tiba
Kucium aroma lelahnya
Pun dari pelupuk mata
Kau tiba dengan seuntai senyum
Seolah mengisyaratkan ketangguhanmu
Pada istrimu yang setia di rumah
Melantunkan tembang kehangatan
Dan menyuguhkan hidangan cinta
Pada saatnya kau pulang

Di baju lusuhmu
Tersirat pengabdianmu
Untuk sebuah imbalan kata
'Tanpa Tanda Jasa'
Namun tak sedikit kepasrahan dalam sinar matamu
Memandang ke setiap lembaran tugas anak didikmu
Pacukan semangat dalam jiwamu

Aku tersenyum di balik resahku
Suamiku; kau terlalu penuh peluh
Namun kau yakinkan aku
Cinta kasihmu tak akan menelantarkanku
"Jangan menangis istriku, aku baik-baik saja,"
; kaubisikkan di telinga kananku

Singapura, 21/10/2015



Penulis : Anung D’Lizta, kelahiran Cilacap 6 Juni 1986. Mencintai mendung, kucing dan kesendirian. Hp: 08567257051 Email: anungdel1627@gmail.com









-0O0-


Di bawah Matahari

Oleh : Iruka Danishwara

Matahari malu menyapa lebih dulu
Maka, embun yang setiap pagi mengiringi langkah kaki
Di gedung bercat setengah
Seandainya hari dimulai terasa begitu lelah,
Tetap tak ada keluh kesah
Matahari malu menyinari terik
Maka, cumullus berarak tiada henti
Senyumnya jelas tulus
Sampai matahari malu mengucapkan sampai jumpa
Maka, petang jadi pertanda pulang
Bakti bangsa, katanya
Menularkan cinta budaya, katanya
Mengajari cara mengeja, katanya
Kemudian senyumnya masih ada, sampai ia terjaga lagi esoknya.


Penulis : Iruka Danishwara, perempuan pecandu kopi dan hujan yang jatuh cinta pada jingga senja.










Bagaimana dengan kamu? sudahkah membuat karya untuk gurumu? lakukan apapun untuk memberikan penghargaan terhadap ilmu yang kamu terima. Kamu ada melalui proses dari tangan-tangan beliau. Demikian kumpulan puisi untuk guru dari kami. Salam Nektarity


0 komentar:

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.