Unsur-Unsur Pembentuk Puisi

Komunitas Penulis - Dalam membuat puisi tentu dibutuhkan teori yang berlaku dalam unsur-unsur pembentukan puisi.  etelah kita mengulas mengenai cara membuat puisi yang bagus, kita akan melanjutkan ke unsur pembentuk puisi.  Unsur pembentuk puisi sebenarnya ada beberapa pendapat sastrawan baik luar negeri maupun sastrawan dalam negeri tentang unsur-unsur ini.

Kalau dulu kita sudah bicara masalah teknik memilih diksi puisi, juga Pengertian puisi dan Hakikat Puisi, sebenarnya hal ini sudah mencakup beberapa hal yang bakal menjurus ke unsur-unsur pembentuk puisi. Untuk lebih jelasnya kita akan mengulas secara lengkap mengenai unsur pembentuk puisi.

UNSUR-UNSUR PEMBENTUK PUISI


Ada beberapa pendapat tentang unsur pembentukan puisi. Salah satunya adalah pendapat I.A. Richard. Dia membedakan dua hal penting yang membangun sebuah puisi yaitu hakikat puisi (the nature of poetry), dan metode puisi (the method of poetry).

Unsur-Unsur Pembentuk Puisi


Hakikat puisi terdiri dari empat hal pokok, yaitu

Sense (tema, arti)
Sense atau tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang dikemukakan oleh pengarang melalui puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari, menafsirkan).

Feling (rasa)
Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan.

Tone (nada)
Yang dimaksud tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif.

Intention (tujuan)
Intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut. Walaupun kadang-kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut penyair


Lebih jelas, baca di pasal-pasal menulis puisi

Untuk mencapai maksud tersebut, penyair menggunakan sarana-sarana. Sarana-sarana tersebutlah yang disebut metode puisi.

Metode puisi terdiri dari:

Diction (diksi)
Diksi adalah pilihan atau pemilihan kata yang biasanya diusahakan oleh penyair dengan secermat mungkin. Penyair mencoba menyeleksi kata-kata baik kata yang bermakna denotatif maupun konotatif sehingga kata-kata yanag dipakainya benar-benar mendukung maksud puisinya.

Lihat di halaman Cara Memilih Diksi dan juga Cara memahami diksi dalam puisi.

Imageri (imaji, daya bayang)
Yang dimaksud imageri adalah kemampuan kata-kata yang dipakai pengarang dalam mengantarkan pembaca untuk terlibat atau mampu merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Maka penyair menggunakan segenap kemampuan imajinasinya, kemampuan melihat dan merasakannya dalam membuat puisi.


Imaji disebut juga citraan, atau gambaran angan. Ada beberapa macam citraan, antara lain
  •     citra penglihatan, yaitu citraan yang timbul oleh penglihatan atau berhubungan dengan indra penglihatan
  •     Citra pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan dengan indra pendengaran
  •     Citra penciuman dan pencecapan, yaitu citraan yang timbul oleh penciuman dan pencecapan
  •     Citra intelektual, yaitu citraan yang timbul oleh asosiasi intelektual/pemikiran.
  •     Citra gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yanag sebetulnya tidak bergerak tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak.
  •     Citra lingkungan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran selingkungan
  •     Citra kesedihan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran kesedihan


The concrete word (kata-kata kongkret)
Yang dimaksud the concrete word adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama tetapi secara konotatif mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Slametmulyana menyebutnya sebagai kata berjiwa, yaitu kata-kata yang telah dipergunakan oleh penyair, yang artinya tidak sama dengan kamus.

Figurative language (gaya bahasa)
Adalah cara yang dipergunakan oleh penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imaji dengan menggunakan gaya bahasa, perbandingan, kiasan, pelambangan dan sebagainya.

Gaya bahasa lihat di halaman Jenis-jenis majas

Irama menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tidak terputus dan terkonsentrasi sehingga menimbulkan bayangan angan (imaji) yang jelas dan hidup. Irama diwujudkan dalam bentuk tekanan-tekanan pada kata.

Tekanan tersebut dibedakan menjadi tiga,
  •     dinamik, yaitu tyekanan keras lembutnya ucapan pada kata tertentu.
  •     Nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara.
  •     Tempo, yaitu tekanan cepat lambatnya pengucapan kata.

Rima adalah persamaam bunyi dalam puisi. Dalam rima dikenal perulangan bunyi yang cerah, ringan, yang mampu menciptakan suasana kegembiraan serta kesenangan. Bunyi semacam ini disebut euphony. Sebaliknya, ada pula bunyi-bunyi yang berat, menekan, yang membawa suasana kesedihan. Bunyi semacam ini disebut cacophony.

Tentang jenis-jenis Rima bisa dilihat pada halaman Tentang Rima


Pendapat lain dikemukakan oleh Roman Ingarden dari Polandia. Orang ini mengatakan bahwa sebenarnya karya sastra (termasuk puisi) merupakan struktur yang terdiri dari beberapa lapis norma. Lapis norma tersebut adalah
  •     Lapis bunyi (sound stratum)
  •     Lapis arti (units of meaning)
  •     Lapis obyek yang dikemukakan atau “dunia ciptaan”
  •     Lapis implisit
  •     Lapis metafisika (metaphysical qualities)

Ulasan lengkap lihat di Variasi menulis Puisi

Demikian tentang Unsur-Unsur Pembentuk Puisi, semoga bisa memberikan pencerahan bagi anda yang sedang mencarai tentang teori puisi ini. Salam Sastra.



0 komentar:

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.