Tentang SETTING atau LATAR Dalam Menulis Cerita

Unsur-unsur pembangun cerpen pada umumnya dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu unsur intrinsik dan unsur eksrinsik. Unsur intrinsik itu sendiri adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik itu meliputi tema, alur, penokohan, latar, gaya bahasa dan amanat. Jadi perpaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah karya sastra yaitu cerpen menjadi berwujud. Untuk kali ini kita akan membahas mengenai Latar dalam Menulis Cerita. Latar Tempat, latar Sosial, dan juga Latar Waktu.

Pernahkah kita menyadari bahwa kita telah terkondisikan dalam sebuah pola waktu dan juga tempat? Kapan dan dimana kita saling berkenalan adalah menjadi contoh kongkret bagaimana kita tidak pernah terlepas dari pola tersebut. Perpindahan waktu yang begitu cepat, disadari atau tidak, sebanding pula dengan perpindahan tempat. Misalnya, ketika kita bekerja atau kuliah pada pukul 8 pagi sampai 4 sore, bukankah kita telah berada pada tempat-tempat yang berbeda dan tidak hanya berada dalam sebuah tempat saja?

Seorang sosiolog dari Inggris menyebut bahwa aktivitas kita selalu berada dalam konvergensi waktu dan tempat (time-space convergence). Bahkan, jika kita periksa bagaimana kita atau orang tua kita membangun rumah, maka kita dapat melihat bahwa antara dapur dan kamar tidur, fungsinya sudah diatur berdasarkan waktu. Dapur lebih banyak dipergunakan pada pagi atau siang hari, sementara kamar tidur pada malam hari. Goffman menyebut hal ini sebagai regionalisasi (regionalization).

Pada masyarakat modern seperti yang kita alami hari ini, tidak dapat dipungkiri bahwa segala aktivitas sangat dipengaruhi oleh clock time (waktu berdasarkan jam). Tanpa jam dan waktu kegiatan yang tepat, masyarakat industri tidak pernah eksist. Hal ini terjadi sejak penghitungan waktu distandardkan melalui globe yang terbagi dalam 24 zona waktu pada tahun 1884 di Washington.

 Tentang SETING atau LATAR Dalam Menulis Cerita


Latar atau Setting dalam Unsur Cerita


Jika kita terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata setting itu dapat diartikan sebagai latar. Secara filosofis, kata latar ini memang merupakan sebuah konsep yang seringkali tidak dapat dijelaskan dengan mudah. Namun, dalam pembicaraan kita kali ini, sudut pandang filsafat kita tunda terlebih dulu(kita mau bicara latar dalam teknis menulis cerita). Dalam khazanah teori sastra, latar merupakan arena atau panggung dimana kejadian dan para tokoh bertindak.

Secara teoritis, latar ini dibedakan menjadi tiga: latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

Syarat utama dari cerpen yaitu menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang selesai membacanya. Sebagai karya sastra cerpen juga mempunyai unsur instrinsik cerpen yaitu tema, alur, penokohan dan perwatakan, latar/ setting, gaya bahasa, amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik cerpen yaitu unsur yang membangun karya sastra dari luar seperti latar belakang pengarang.

Latar tempat menunjukkan tempat atau ruang dimana cerita itu terjadi. Latar waktu menunjukkan kapan cerita itu terjadi. Dalam cerita, latar waktu ini bisa saja dirancang menjadi 3 bagian: waktu eksplisit, waktu implisit, dan gabungan antara waktu eksplisit dan waktu implisit. Waktu eksplisit menunjukkan dengan jelas bahwa cerita terjadi pada tahun, bulan, tanggal, hari, jam, menit, detik, pagi, atau malam tertentu. Misalnya, untuk menceritakan bahwa cerita ini terjadi setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Anda bisa saja menyatakan begini: “18 Agustus 1945, aku dan keluargaku masih terperangkap di bunker Jepang. Seingatku sudah 12 jam kami terjebak di sini. Menghindari amarah si jago merah yang tiba-tiba menyambar kompleks ini.

Sementara itu, waktu implisit memiliki perbedaan dengan waktu eksplisit. Waktu implisit tidak menunjukkan dengan jelas kapan peristiwa yang diceritakan terjadi. Di sini, akal sehat memiliki peranan yang cukup penting.

Latar sosial berhubungan dengan sistem politik, ekonomi, budaya, keagamaan yang diandaikan dalam cerita. Latar sosial ini dapat ditunjukkan secara kongkret melalui deskripsi pakaian tokoh, bahasa yang dipergunakannya, film apa yang ditontonnya, atau makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh sang tokoh.

Latar Cerita mengemukakan bahwa latar cerita adalah tempat umum, waktu kesejahteraan dan kebiasaan masyarakat dalam setiap episode atau bagian-bagian tempat. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok yaitu :

 Unsur Pokok Latar dalam Sebuah Cerita


Latar Tempat 
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Latar tempat dalam sebuah cerpen biasanya meliputi berbagai lokasi. Latar tempat akan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain sejalan dengan perkembangan plot dan tokoh.

Latar Waktu 
Latar waktu berhubungan dengan masalah “Kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebauh karya fiksi. Masalah ini biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Latar waktu harus juga dikaitkan dengan latar tempat juga sosial sebab pada kenyataannya memang saling berkaitan keadaan suatu yang diceritakan mau tidak mau harus mengacu pada waktu tertentu karena tempat itu akan berubah sejalan dengan perubahan waktu.

Latar Sosial 
Latar Sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Disamping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas. Latar sosial merupakan bagian latar secara keseluruhan.

Dari penjelasan di atas, kita dapat semakin menyadari bahwa secara sosial manusia tidak pernah dapat melepaskan dirinya dari waktu dan tempat. Hubungan demikian pun terjadi dalam cerita. Keberadaan dan karakter seorang tokoh tidak terlepaskan dari waktu dan tempat ia bertindak. Sangat sulit untuk membayangkan seorang tokoh yang akan kita ceritakan jika unsur waktu dan tempat tidak diikutsertakan. Bahkan untuk sebuah genre prosa yang bernama nouveau roman sekalipun, yang anti-tokoh, seperti yang terlihat pada beberapa novel dari Iwan Simatupang, waktu dan tempat tetap masih terbayang.

Semisal 30 Hari Mencari Cinta, sebenarnya memberikan penjelasan yang sangat menarik mengenai hal ini. Buku ini dapat menjadi “panutan” bagaimana gerak para tokoh cerita tidak terlepaskan dari latar waktu dan tempat. Semacam ada obsesi yang hidup antara tokoh dengan kedua latar tersebut. Bahkan dari judulnya pun, kita sudah dapat melihat bahwa latar waktu memegang peranan sentral dalam pembentukan karakter, ideologi, dan tingkah laku tokoh-tokohnya. Kuncinya di sini adalah bahasa yang dipergunakan dalam cerita itu sendiri. Dalam cerita atau narasi itu, problem waktu sebanyak 30 hari tidak diselesaikan dengan renungan-renungan spekulatif sebagaimana dicoba dalam filsafat, melainkan secara poetis, secara bahasa. Maka, kita tidak perlu membaca novel 30 Hari Mencari Cinta dalam waktu 30 hari juga dong?


Baca Juga Pengertian Alur atau Plot dan Jenis-jenis Alur

Demikian Mengenai Latar atau Setting dalam Menulis Cerita. Semoga memberikan manfaat bagi yang sedang belajar menulis cerita fiksi.


Salam Nektarity

Sumber Pustaka:
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka.
Hartono, Dick 1982. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : PT Gramedia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta : PT Grasindo

0 komentar:

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.