Struktur Puisi dan Unsur-unsur Puisi

Puisi adalah sebuah struktur yang kompleks. Puisi Terdiri atas unsur-unsur yang saling berjalinan dengan erat. Unsur-unsur itu tidak berdiri sendiri-sendiri. Sebuah unsur hanya memepunyai arti dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya di dalam struktur itu dengan keseluruhannya. Unsur struktur adalah unsure fungsional, yaitu mempunyai tuga (fungsi) tertentu dalam menyususn struktur.

Puisi adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapa dipahami haruslah dianalisis. Akan tetapi, tidak semua analisis sama baiknya. Analisis yang tidak benar hanya akan menghasilkan kumpulan fragmen. Unsur koleksi bukanlah bagian struktur yang sesungguhnya. Oleh karena itu dalam alnalisis haruslah dilihat hubuingan anatar bagian itu mengingat unsur struktur itu unsure yang fungsional.

Sampai sekarang dikenal analisis dikotomis bentuk dan isis karya sastra. Analisis bentuk dan isi itu tidak menggambarkan wujud puisis yang sebenarnya karena bentuk dan isis pusi itu tidak dapa dipisahkan secara mutlak. Bentuk dan isis itu bercampur hingga mana yang bentuk dan mana yang isi itu tidak jelas.

struktur puisi dan unsur-unsurnya

Struktur Puisi dan Unsur-unsur Puisi


Untuk mengatasi masalah analisis bentuk dan isi itu ada usaha lain, yaitu analisis fenomenologis itu dibuat oleh Roman Ingarden, seorang filsuf dan ahli seni polandia. Karya sastra itu sesungguhnya merupakan struktur lapis norma karya sastra, norma karya sastra itu adalah implicit dalam karya sastra sendiri, tidak beraqsal dari luar. Analisis Ingarden itu dikemukakan Rene Wellek dan Austin Warren sebagai berikut.

Karya sastra itu terdiri atas lapis-lapis norma. Lapis norma yangh di atas menimbulkan lapis dibawahnya. Begitu, seterusnya. Lapis norma yang pertama adalah lapis bunyi. Lapis bunyi menimbulkan lapis kedua, yaitu lapis arti. Lapis norma ketiga adalah lapis mnorma pengarang. Ingarden masih menambahkan dua lapis norma lagi, yang menurut Wellek dapat disatukan dengan lapis ketiga, lapis dunia pengarang.

Analisis Ingarden ini adalah analsis yang sangat maju, tetapi ada kekurangannya kerana tidak menghubungkan dengan penilaian . Unsur-unsur karya sastra tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai mengingat karya sastra adalah karya seni yang fungsi estetisnya adalah dominant. Oleh karena itu, dalam menganalisis karya satra , termasuk puisi, ditunjukkan satuan-satuan estetis dari tiap-tiap norma dan fungsinya dalam struktur tersebut.

Analsis lapis bunyi dan lapis itu arti sarana yang terpenting untuk memahami puisi. Hal ini disebabkan oleh puisi itu bersifat liris. Oleh karena itu sarana ekspresinya yang utama berupa satuan bunyi dan satuan arti. Sebaliknya, prosa bersifat epis atau naratif, amaka sarana utamanya satuan penceritaan, lapis dunia pengarang.

Satuan-satuan estetik bunyi adalah persajakan, kiasan bunyi, dan orkestrasi. Dalam puisi, satuan-satuan bunyi itu saling berjalinan untuk mendapatkan ekspresivitas yang intensif. Bahkan juga satuan-satuan estetik lapis arti untuk mendapatkan nilai seni sebanyak-banyaknya.

Di antara satuan estetik bunyi adalah sajak. Sajak adalah ulangan bunyi, baik, berupa asonansi, aliterasi, sejak awal, sajaka dalam, sajak akhir, maupun sajak tengah. Dalam pusisi lama ada pola sajak (sajak akhir) yang megikat. Dalam puisi periode berikutnya persajakan sebagai sarana kepuitisan, tetapi disesuaikan dengan fungsi ekspresivitasnya, tidak uasah harus terpola. Bahkan, ada kecenderungan untuk tidak mempergunakan persajakan pada periode 1970-1990 karena sajak ditulis seperti bentuk formal prosa.

Disamping persajakan , sarana kepuitisan bunyi berupa orkestrasi. Orkestrasi adalah bunyi musik pada puisi. Orkestrasi ini berupa penggabungan unsur-unsur kepuitisan bunyi yang menyebabkan merdu dan berirama. Orkestrasi bunyi yang merdudisebut efoni, sedangkan orkestrasi bunyi parau disebut kakofeni.

Satuan-satuan estetik lapis arti diantaranya berupa diksi, bahasa kiasan, dan sarana retorika. Diksi adalah pemilihan kata setepat-tepatnya. Pemilihan kata itu disesuaikan dengan ekspresi bunyi, ketepatan arti yang sesuai dengan gagasan sajak, konsep estetik, dan warna setempat (local colour). Bahasa kiasan ialah menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang sebetulnya tidak sama.

Bahasa kiasan itu memperjelas gambaran angan (citraan). Ada beberapa jenis bahasa kiasan: perumpamaan(simile), metafora, personifikasi, metonimi, sinekdoki, perumpamaan epos (epic smile), dan alegori. D samping bahasa kiasan, sarana kepuitisan untuk mendapatkan nilai estetik adalah sarana retorika (rhetorical device). Sarana retorika ini ialah muslihat pikiran; berupa pemanipulasian penggunaan bahasa untuk menarik perhatian dan membuat pembaca berkontemplasi. Sarana ini banyak jenis dan ragamnya. Di antaranya adalah pleonasme, tautology, paradoks, enomerase, pararelisme, silepsis, repetisi, dan sebagainya.

 Baca Juga Pengertian Puisi dan Fungsinya

Demikian mengenai Struktur Puisi dan Unsur-unsurnya, semoga bermanfaat. Jika ada kekurangan, mohon koreksinya. Salam Nektarity.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

akhirnya ketemu juga nih untuk tugas saya , makasih mas artikelnya sangat bermanfaat.

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.